Kadin Akan Implementasikan Sistem Kelola Industri Kelapa Sawit ke Komoditas Lain

Kadin Akan Implementasikan Sistem Kelola Industri Kelapa Sawit ke Komoditas Lain

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan mengimplementasikan sistem kelola industri kelapa sawit kepada komoditas lain, seperti padi, jagung dan kedelai.

Sistem kelola tersebut berbentuk closed loop yang meliputi jaminan off-take yaitu menjamin kualitas dan pembelian produk pada petani agar bank mau memberikan pinjaman dengan bunga yang kompetitif melalui koperasi.

Dengan begitu ada asuransi sebagai perlindungan terhadap petani dari risiko gagal panen. Koperasi bisa meningkatkan kualitas good governance dan SDM, sementara petani mampu membayar angsuran kredit dan mendapatkan pendampingan terkait good agricultural processing.

Rudyan Kopot, Ketua Komite Tetap Perkebunan Kadin Indonesia mengatakan perlu kebijakan pemerintah untuk mengeskalasi modul tersebut sampai dengan tingkat nasional.

“Kalau mau membesarkan ini perlu kebijakan pemerintah untuk membantu agar semua pihak seperti perbankan mau memberikan bunga kurang dari 7% karena kami memiliki skema pembiayaan yang berbeda,” katanya, Kamis (8/3/2018).

Skema tersebut tidak cuma memberikan kredit untuk penanaman komoditas tapi juga memberikan pembiayaan untuk biaya hidup sampai dengan menghasilkan. Sehingga biaya hidup petani bisa terjamin.

“Misalnya karet mau di replanting, petani mau hidup dari apa? Kami buat inovasi untuk membantu pembiayaan biaya hidup per hektar diberikan Rp.500.000 jadi dua hektar Rp1 juta,” katanya.

Dia mengatakan hal tersebut juga akan dicoba untuk diimplementasikan ke komoditas lain seperti padi, jagung, kedelai, kopi dan gula.

Selain itu Kadin akan mendorong implementasi teknologi yang digunakan oleh kelapa sawit kepada komoditas lain seperti bawang.

“Bawang itu ketika produksi banyak sekali, bagaimana bisa kita keringkan kadar airnya yang ketika dimakan seperti kerupuk [agar tidak membusuk]. Tapi ketika ingin dimakan bisa kita seduh lagi dengan air,” katanya.

Dengan teknologi tersebut ketahanan pangan bisa lebih dari tiga bulan. Supaya ketika panen raya, harga komoditas tidak jatuh dan daya serap jauh lebih tinggi.

Menurutnya, pelaku usaha mulai terjun ke industri pangan karena melihat kebutuhan yang semakin tinggi seiring pertumbuhan jumlah masyarakat. Pelaku usaha dapat terbantu apabila kecocokan tanaman terhadap sebuah wilayah (spasial) sudah diklasterisasi.

“Kalau sebuah tanaman itu sesuai dengan spasial advantage-nya, produktivitas akan tinggi dengan tambahan sedikit teknologi. Ini yang kami inginkan, pengembangan sesuai dengan wilayah. Hal ini yang kami cari agar produktivitas tinggi,” katanya.

sumber: bisnis.com