Jakarta – Defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) menjadi fokus pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan mata uang negara lainnya.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah mempercepat pelaksanaan pemanfaatan biodiesel 20% (B20) pada alat atau kendaraan public service obligation (PSO) maupun non PSO.
“Di samping isu seperti Turki, ekonomi Turki itu transaksi berjalan menjadi salah satu yang mempengaruhi nilai tukar kita, dan mempengaruhi IHSG,” kata Menko Perekonomian Darmin Nasution di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (14/8/2018).
Pelaksanaan mandatori B20, kata Darmin, menjadi suatu yang diwajibkan implementasinya oleh Presiden Jokowi. Menurut Darmin, dalam waktu dekat Peraturan Presiden (Perpres) B20 ini akan diteken oleh orang nomor satu di Indonesia.
“Paling lambat besok (diteken), sehingga Menteri ESDM bisa menindaklanjuti dengan menerbitkan pelaksanaan teknis,” tambah dia.
Mandatori B20 mulai efektif per 1 September 2018. Darmin mengungkapkan bahwa dari kebijakan tersebut akan menghemat devisa sampai akhir tahun sebesar US$ 2,3 miliar.
“Kita membuat perhitungan untuk penghematan devisa karena penggunaan B20 kita mendapat US$ 2,3 miliar sampai akhir tahun, ada dua manfaat dari penerapan ini, menghemat impor solar, dan kenaikan harga kelapa sawit,” papar dia.
Selain itu, dalam rangka memperbaiki defisit transaksi berjalan pun pemerintah akan mendorong ekspor dan memperlambat bahkan mengurangi impor bahan baku, barang modal, hingga barang konsumsi.
“Sehingga CAD kita bisa dalam waktu yang tidak lama kalau tidak sampai akhir tahun depan, dalam beberapa bulan ya enam bulan ke depan sudah mulai bekerja lebih efektif,” tutup dia.
sumber: detik.com