Sawit Notif – Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) telah meluncurkan Prinsip Kerangka Kerja Global Minyak Sawit Berkelanjutan atau Global Framework Principles of Sustainable Palm Oil (GFP-SPO) yang bertujuan menjadi panduan umum untuk berbagai skema sertifikasi yang diterapkan untuk produksi minyak sawit yang mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), mengutip Majalahhortus.com Selasa (15/02).
Kerangka kerja ini juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi minyak sawit terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan di semua negara produsen dan meletakkan dasar keberlanjutan untuk minyak nabati.
Kerangka GFP-SPO resmi diluncurkan dalam webinar bertajuk “Global Framework for Sustainable Palm Oil” yang dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota dan pengamat CPOPC serta pemangku kepentingan lainnya yang berkaitan dengan skema keberlanjutan kelapa sawit. Sebelumnya dokumen penting tersebut telah diadopsi dan disetujui oleh kementerian negara anggota saat Pertemuan Tingkat Menteri ke-9 pada 4 Desember 2021 lalu.
Direktur Eksekutif CPOPC, Tan Sri Dr. Yusof Basiron, menegaskan kontribusi minyak sawit terhadap SDGs. Menurut Tan Sri, “CPOPC percaya bahwa minyak sawit adalah alternatif berkelanjutan dari minyak nabati lainnya seperti kedelai, rapa dan bunga matahari, dengan kontribusi di semua dari tiga area fokus SDGs yaitu; sosial, ekonomi, dan lingkungan. Maka, GFP akan digunakan sebagai acuan karena prinsip-prinsipnya akan memperluas skema sertifikasi minyak sawit berkelanjutan saat ini seperti Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil) atau ISPO, dan Minyak Sawit Berkelanjutan Malaysia (Malaysia Sustainable Palm Oil) atau MSPO, dan memberikan panduan di masa mendatang.”
Deputi Menteri Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. Musdhalifah Machmud, menekankan bahwa, “Dalam kolaborasi dan dukungan skema sertifikasi saat ini, GFP-SPO dapat menyediakan panduan pada seluruh sistem dan tolak ukur. Perlu dicatat bahwa kerangka kerja ini bersifat sukarela dan bukanlah bertujuan sebagai skema sertifikasi minyak sawit baru, melainkan referensi penting yang berlaku untuk skema yang sudah ada dan yang akan datang.”
Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, YBhg. Datuk Ravi Muthayah menyatakan, “GFP-SPO penting dalam memastikan bahwa minyak sawit mampu memenuhi permintaan dunia secara berkelanjutan dan produktif dengan mengikuti prinsip-prinsip SDGs. Prinsip-prinsip GFP-SPO ini bersifat global dan dapat diterapkan secara universal, dengan mempertimbangkan perbedaan kenyataan setiap negara dan tingkat pembangunan.”
Dalam paparan permintaan global dan kerangka kerja global minyak sawit, Pakar Keberlanjutan, Ziv Ragowsky, menegaskan kembali bahwa GFP-SPO adalah wadah kolaborasi di antara produsen minyak nabati, “Ide memiliki kerangka kerja adalah untuk berdiskusi antar negara-negara produsen minyak sawit dengan pemangku kepentingan lain dan PBB serta memiliki wacana positif antar satu pemangku kepentingan dengan yang lain.”
Koordinator Tim Sekretariat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), Dr. Herdrajat Natawidjaja, mengaitkan GFP-SPO dan ISPO melalui dukungan ISPO terhadap implementasi GFP-SPO yang telah ditetapkan oleh CPOPC yang mencakup 7 Prinsip menuju pencapaian SDG.
Tujuh prinsip tersebut adalah kepatuhan terhadap peraturan, penerapan praktik pertanian yang baik, pengelolaan lingkungan, sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan pemberdayaan perekonomian masyarakat, penerapan transparansi dan perbaikan bisnis yang berkelanjutan.
Manajer Senior System Management Department dari Malaysian Palm Oil Certification Council (MPOCC), Simon Selvaraj menyampaikan bahwa GFP-SPO berguna dalam mengkoordinasikan upaya keberlanjutan negara-negara anggota CPOPC, yaitu Indonesia dan Malaysia pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Kerangka kerja ini telah meningkatkan standar persyaratan keberlanjutan karena mampu mengukur SDGs dari PBB secara keseluruhan. Mr. Selvaraj menambahkan bahwa GFP-SPO akan memainkan peran yang lebih luas dalam mengatasi masalah keberlanjutan dengan penerapan dini yang akan secara signifikan membantu semua pelaku di rantai pasokan.
Wakil Direktur Eksekutif CPOPC, Dupito D. Simamora menutup webinar dengan menegaskan upaya berkesinambungan dari negara-negara produsen minyak sawit untuk mencapai rantai pasokan berkelanjutan, “Minyak sawit telah memimpin dengan memberikan contoh-contoh untuk terus meningkatkan kerangka keberlanjutan yang juga harus ditiru oleh penghasil minyak nabati lainnya. Dukungan internasional akan diperlukan dari negara-negara produsen minyak sawit lainnya, organisasi terkait, serta badan-badan PBB untuk kerangka kerja yang penerapannya akan disebarluaskan ke semua minyak nabati”.
Webinar tersebut merupakan sesi pertama dari dua rangkaian webinar yang bertujuan memperkenalkan kerangka kerja GFP-SPO kepada publik. Acara ini dimoderatori oleh Direktur Keberlanjutan dan Pengembangan Petani CPOPC, Witjaksana Darmosarkoro dan dihadiri oleh perwakilan pemerintah dari Indonesia, Malaysia, Kolombia, Thailand, Ghana, Honduras, Filipina, Sierra Leone, dan Papua Nugini serta sektor swasta.
Sementara webinar berikutnya akan diadakan pada Maret 2022, dimana perwakilan dari badan-badan PBB terkait, organisasi keberlanjutan, produsen minyak nabati, dan pemangku kepentingan lain akan diundang untuk hadir dan menyampaikan pandangan.
Sumber: Majalahhortus.com