Cara Penanggulangan Ulat Api pada Kelapa Sawit

Cara Penanggulangan Ulat Api pada Kelapa Sawit

Keberadaan organisme pengganggu tumbuhan atau familiar disebut dengan OPT akan sangat mengganggu karena dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman. Salah satu OPT yang sangat mempengaruhi penurunan produksi tanaman kelapa sawit adalah hama ulat api. Pada proses pembibitan, ulat api dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas produksi tanaman kelapa sawit di masa yang akan datang.

Keberadaan hama ulat api tidak boleh dianggap sepele dan harus segera ditangani dengan tepat. 

Ulat Api yang Terdapat di Kelapa Sawit

Semakin tinggi populasi ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan ulat api tersebut.

Jenis Ulat Api yang Menyerang Tanaman Kelapa Sawit

Mengetahui jenis ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit ini sangat penting agar penanganan terhadap hama tersebut tepat. Jenis ulat api yang dapat menyerang tanaman kelapa sawit ada 4 yaitu Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima dan Parasa lepida.

  • Setothosea asigna

Ciri-ciri telur hama ulat api jenis Setothosea asigna adalah berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval dan transparan sedangkan ulatnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat bercak-bercak yang khas pada bagian punggunggunya.

  • Setora nitens

Setora nitens merupakan jenis hama ulat api yang paling sering menimbulkan kerugian pada tanaman kelapa sawit.

Apabila Setora nitens menyerang tanaman kelapa sawit maka daun tanaman kelapa sawit hanya akan tersisa bagian lidinya saja. Jika serangan Setora nitens sudah parah maka akibatnya hasil panen tanaman kelapa sawit menurun hingga 30 persen.

Awal mulanya, larva Setora nitens berwarna hijau kekuningan kemudian berubah menjadi berwarna hijau hingga kemerahan pada masa pupa.

  • Darna trima

Larva Darna trima berwarna hijau kekuning-kuningan hingga kecoklatan. Ngengat berwarna coklat gelap dengan lebar rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap, dengan sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abu-abu tua.

  • Parasa lepida

Parasa lepida banyak tersebar di seluruh wilayah Asia Barat tanpa terkecuali Indonesia. Parasa lepida jantan memiliki warna kepala kehijauan dan terdapat corak berwarna coklat kemerahan sedangkan toraksnya berwarna hijau dan terdapat garis coklat. Parasa lepida betina memiliki toraks yang bergaris coklat kemerahan.

 

Siklus Hidup

  • Setothosea asigna

Hama ulat api jenis Setothosea asigna ini memiliki siklus hidup selama 106 hingga 138 hari. Telur terletak di permukaan daun tanaman kelapa sawit sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 sampai ke 17. Telur akan menetas setelah 4 hingga 8 hari.

Ulat api Setothosea asigna pada bagian punggungnya terdapat duri. Stadia ini berlangsung kurang lebih 50 hari kemudian menjadi kepompong. Kepompong terdapat pada permukaan tanah gembur pada tanaman kelapa sawit. Stadia kepompong berlangsung kurang lebih 39 hari. Kemudian siklus berikutnya adalah serangga dewasa yang memiliki sayap coklat tua dengan garis yang transparan dan terdapat bintik-bintik gelap.

  • Setora nitens

Siklus hidup Setora nitens berlangsung selama 42 hari. Telur akan menetas pada hari ke 4 hingga 7. Stadia larva berlangsung selama 50 hari kemudian kepompong berlangsung selama 17 hingga 27 hari. Ngengat jenis ini memiliki sayap berwarna coklat dan garis-garis berwarna gelap.

  • Darna trima

Siklus hidup Darna trima berlangsung selama 60 hari. Telur akan menetas setelah 3 hingga 4 hari kemudian stadia ulat berlangsung selama 26 hingga 33 hari. Pada saat menjelang berkepompong, ulat akan membentuk kokon dari air liurnya dan kemudian ulat berkepompong dalam kokonnya tersebut. Lama stadia kepompong adalah 10 hingga 14 hari. Kemudian kepompong akan berubah menjadi ngengat yang berwarna coklat gelap, terdapat bintik kuning serta 4 garis hitam.

  • Parasa lepida

Siklus hidup Parasa Lepida adalah 60 hingga 76 hari. Stadia telur berlangsung 2 hingga 4 hari kemudian stadia larva berlangsung 30 hingga 40 hari. Pupnya memiliki tekstur yang keras dan stadia pupa berlangsung selama 28 hingga 32 hari. Setelah itu, pupa berubah menjadi ngengat dewasa.

Gejala Serangan

Gejala serangan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit dapat diamati. Apabila terdapat hama ulat api pada tanaman kelapa sawit, maka tanaman kelapa sawit tersebut akan kehilangan daunnya sekitar 50 hingga 90 persen. Hama ini sangat menyukai daun tanaman kelapa sawit yang sudah tua namun apabila daun tanaman kelapa sawit yang sudah tua habis maka hama ulat api akan mulai menggerogoti daun-daun muda. Dampak dari serangan hama ulat api yang terparah apabila tidak langsung ditangani adalah tanaman kelapa sawit akan mati.

Kerugian yang Dihasilkan

Ulat api yang terdapat pada tanaman menghasilkan (TM) berumur 8 tahun akan merusak daun tanaman kelapa sawit sehingga menurunkan produksi kelapa sawit hingga 40% setelah 2 tahun serangan hama ulat api. Sedangkan ulat api yang terdapat pada tanaman belum menghasilkan (TBM) berumur 1 tahun menyebabkan produksi kelapa sawit menurun 12 hingga 24 persen setelah 2 tahun terjadi serangan hama ulat api.

Pengendalian

Pengendalian hama ulat api pada tanaman sawit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

  • Melakukan Sensus Secara Rutin

Untuk mengetahui penyebaran serangan dari ulat api tersebut dengan cara membuat titik sensus minimal 5% dari total areal tanaman, tetapi akan lebih baik jika persentase ini dapat kita tingkatkan lebih luas lagi. Kemudian pada saat sensus, sebaiknya dilakukan pengambilan sampel daun yang paling tengah (sering disebut dengan daun ke 16) karena biasanya serangan dimulai dari daun tersebut. Hal ini dilakukan agar memudahkan kita untuk mengetahui seberapa besar populasi ulat api yang ada di dalam areal pertanaman.

  • Penanaman Tanaman Inang Ulat Api

Tanaman inang yang dimaksud adalah bunga pukul delapan (Tunera subulata), dimana tanaman ini juga memiliki fungsi sebagai sumber pakan bagi predator ulat api, sehingga populasi hewan ini dapat menurun sampai di bawah batas wajar serangan. Membuat plot tanaman di pinggir jalan kebun dengan ukuran bervariasi (sesuai kondisi areal), namun umumnya ukuran plot antara 3 – 4 meter, dengan populasi tanaman inang 300 – 400 bibit.

  • Pengendalian secara Mekanis

Pengendalian secara mekanis yaitu pengendalian hama ulat api dengan cara mengambil dan membunuh secara langsung hama ulat api tersebut dari tanaman kelapa sawit. Sebaiknya jangan mengambil dengan tangan kosong karena ulat api dapat mengeluarkan senyawa yang menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal pada kulit hingga perih. 

Pengendalian secara mekanis pada kelompok tanaman menghasilkan (TM) dapat dilakukan dengan mencari kepompong hama ulat api yang biasanya terdapat pada pangkal tanaman kelapa sawit. Setelah menemukan kepompong hama ulat api, segera musnahkan hama tersebut, tetapi teknik ini tidak begitu efektif untuk kebun yang luas.

  • Pengendalian Hayati

Pengendalian ulat api secara kultur teknis dan mekanik seperti diatas dapat dilakukan, namun hasilnya tidak efisien karena akan memakan waktu yang cukup lama dan pastinya tidak tuntas secara keseluruhan. Pengendalian hama ulat api akan efisien jika dilakukan secara hayati dengan menggunakan teknologi CHIPS® 3.1 dari PKT (Propadu Konair Tarahubun/Plantation Key Technogy).

Bagi perusahaan yang memiliki masalah yang sama dan ingin bertanya lebih lanjut mengenai cara mengendalikan serangan ulat api dan hama penyakit lainnya, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.