Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terbentang di sepanjang Sumatera hingga ke Sulawesi. Hampir di seluruh penjuru tanah air, perkebunan sawit didirikan di atas lahan gambut. Lahan gambut memiliki peran penting dari sisi ekonomi serta ekologi. Lahan ini merupakan tempat bagi keanekaragaman hayati dan populasi yang dilindungi serta sebagai penyuplai air, penyedia hasil hutan, dan pengendali banjir. Dalam proses pelaksanaannya, lahan gambut dijadikan alternatif pengganti lahan mineral sebagai areal yang dianjurkan bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Perkebunan yang dibuka di areal tanah ini hanya diperbolehkan pada lahan yang terdegradasi, sementara untuk areal hutan, lahan gambut tetap dipertahankan sebagai hutan gambut. Hal ini untuk mengurangi terjadinya kemarau serta tingginya emisi gas rumah kaca yang diakibatkan akibat pembukaan areal perkebunan dengan cara membakar dan merusak ekosistem lingkungan. Lokasi hutan yang telah didegradasi akan dimanfaatkan sebagai areal budidaya kelapa sawit. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulainya proses penanaman adalah :
1. Penyesuaian Lahan
Membudidayakan jenis tanaman palem ini pada areal gambut perlu pertimbangan dan harus dipastikan lahan sesuai untuk budidaya kelapa sawit. Hal yang paling penting dan perlu diingat adalah lokasi yang akan digunakan tidak bertentangan dengan peraturan dan layak dijadikan tempat usaha. Keberhasilan budidaya tergantung pada proses perawatan dan kelola kebun dengan baik. Faktor-faktor yang memengaruhi adalah kematangan tanah gambut, kedalaman lapisan pirit, dan frekuensi serta lama genangan. Manajemen pengairan yang baik akan menjadi ujung tombak berhasilnya pengairan di areal ini atau tidak.
2. Pembukaan Lahan yang Baik
Lokasi yang cenderung kering akan menyebabkan hutan mudah terbakar dan menyebabkan kekeringan yang parah ketika musim kemarau tiba. Oleh karena itu, pengelolaan kebun tanpa membakar atau metode zero burning perlu diperhatikan. Membakar areal secara sembarang akan mengurangi unsur hara yang terkandung dalam bahan organik yang mungkin tersisa. Kebakaran areal gambut akan memberi dampak yang tidak baik pada kualitas perkebunan, kesehatan manusia, hingga hilangnya nilai ekonomi bagi warga disekitar areal yang terbakar.
3. Manajemen Air
Hal ini perlu diperhatikan mengingat areal yang kaya akan unsur organik ini adalah kering dan sangat sedikit kapasitas air di dalam tanah sehingga dibutuhkan sistem drainase yang tepat agar lahan tetap basah dan memiliki cadangan air. Manajemen air mencakup pengaturan permukaan air dipertahankan pada 50 – 75cm, mencegah kekeringan di musim kemarau, mencegah oksidasi pirit, dan mencegah akumulasi garam. Bagian lain dari manajemen pengairan ini juga mencakup benteng yang berfungsi menahan air pasang, serta parit untuk mengumpulkan dan menyalurkan air dan pintu air yang berfungsi mempertahankan muka air dan menahan air pasang.
4. Pemadatan Gambut
Memiliki tujuan untuk memadatkan tanah sehingga memiliki daya topang yang baik terhadap tanaman agar tidak mudah doyong (condong).
5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan
Hal ini mencakup penimbunan tanah mineral sebanyak 20 – 30 cm, perataan dan pemadatan serta pengerasan dengan pasir dan kerikil/batu.
6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik
Dalam melaksanakan kultur teknis yang baik, hal yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk mengendalikan produksi, pengendalian gulma, hama dan penyakit, pemeliharaan jalan, perbaikan kualitas panen serta perawatan sarana yang digunakan untuk proses pemanenan.
7. Pemupukan
Selama ini yang terjadi diperkebunan adalah penggunaan pupuk kimia yang berfokus pada produksi pohon bukan kepada perbaikan kualitas tanah. Padahal penting untuk mengikat sejumlah unsur tanah yang diperlukan oleh tumbuhan seperti memanfaatkan pupuk organik MOAF® yang diproduksi oleh PT Propadu Konair Tarahubun
(Plantation Key Technology/PKT) yang telah terbukti meningkatkan kualitas tanaman.
8. Pengawasan Terhadap Titik Api
Antisipasi terhadap musim kemarau yang memicu kekeringan pada perkebunan yang didirikan di atas tanah gambut perlu diperhatikan dengan mendirikan menara untuk memantau titik api yang muncul serta pembuatan marka tingkat bahaya api dan membuat organisasi yang mengendalikan laju penambahan titik api.
Delapan hal di atas menjadi acuan yang paling penting sebelum memulai proses pengerjaan. Kunci keberhasilan suatu perkebunan tergantung bagaimana cara masing-masing orang mengelola dan mengembangkanya dengan baik tanpa merugikan pihak manapun.
Bagi perusahaan yang memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.
One Comment on “Cara Mengelola Perkebunan Sawit di Lahan Gambut”
Comments are closed.