Bertolak ke Vatikan, Luhut Bahas Kontribusi Sawit untuk Perekonomian

Bertolak ke Vatikan, Luhut Bahas Kontribusi Sawit untuk Perekonomian

Pemerintah terus berupaya melakukan lobi sebagai langkah memulihkan citra positif komoditas sawit dan menghentikan wacana pelarangan produk turunan kelapa sawit khususnya biodiesel di Uni Eropa pada 2021. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Luhut Binsar Pandjaitan telah bertolak ke Vatikan, Roma, Italia, kemarin (15/5) guna membahas persoalan yang membelit industri sawit di benua biru saat ini.

Dalam kunjungannya ke Vatikan, Menko Luhut melaporkan sektor pertanian, terutama kelapa sawit telah berperan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan petani Indonesia.

Laporan disampaikan kepada Kardinal Peter Turkson dalam seminar bertajuk “Pemberantasan Kemiskinan Melalui Pertanian dan Perkebunan Demi Perdamaian dan Kemanusiaan”.

Konferensi ini menjadi forum dialog antar pemangku kepentingan mewakili pemerintah, Organisasi Non Pemerintah, akademisi dan pengusaha agrikultural termasuk sawit dan kelompok-kelompok masyarakat sipil. Luhut berharap, Vatikan bisa menjadi fasilitator untuk menyampaikan fakta yang lengkap mengenai industri kelapa sawit dari sudut pandang kemanusiaan dan pengurangan kemiskinan.

Luhut menjelaskan sektor pertanian berkontribusi signifkan terhadap perekonomian Indonesia. Pada 2014, sektor pertanian telah mempekerjakan 40,12 juta orang atau 33% terhadap total keseluruhan tenaga kerja di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah kebijakan dan kerangka peraturan untuk memastikan perlindungan lingkungan dan sosial yang diterapkan dalam produksi sumber daya alam Indonesia yang diekspor,” kata Luhut dalam keterangan resmi dari Italia, Rabu (16/5).

Sawit juga telah menjadi komoditas andalan Indonesia dengan kontribusi ekspor senilai € 15,5 miliar pada 2017. Selain itu, jutaan penduduk Indonesia juga dikatakan hidup bergantung pada sektor ini. Luas total perkebunan kelapa sawit saat ini adalah sekitar 11,26 juta hektare. Lebih dari 41% dari areanya dikelola oleh petani kecil.

Dalam hal pinciptaan lapangan kerja, sektor kelapa sawit disebut telah mampu menyediakan 5,5 juta karyawan langsung dan 12 juta karyawan tidak langsung. Sehingga, terdapat sekitar 17,5 juta orang saat ini bekerja di industri minyak sawit. Dengan begitu, Luhut menyebut sawit memiliki peran yang sangat signifikan dalam penciptaan lapangan kerja serta pengentasan petani Indonesia dari kemiskinan.

Selama 10 tahun belakangan, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata sekitar 5,7%, tercepat ketiga di antara G20 setelah Tiongkok dan India. Rasio Gini Indonesia juga berada pada level dari 0,3. Salah satu kontribusinya berasal dari sektor pertanian Indonesia.

Meski demikian, sektor pertanian, khususnya sawit tak bisa serta disebut sebagai penyebab utama deforestasi. Dia menjelaskan bahwa deforestasi di Indonesia disebabkan oleh banyak aspek. “Di tingkat global, kelapa sawit adalah penyebab deforestasi terkecil. Satu-satunya ancaman paling kritis terhadap deforestasi di tingkat global sebenarnya adalah peternakan sapi,” ujarnya.

Karenanya, menjawab tantangan deforestasi, dia menjelaskan pemerintah Indonesia telah merapkan kebijakan reboisasi sejak 2004 hingga 2017. Dengan langkah tersebut, deforestas bisa berkurang dari 1,09 juta hektare menjadi 0,47 hektare pada 2017.

Selain itu, Indonesia juga telah menetapkan Standar keberlanjutan kelapa sawit lewat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang skema sertifikasinya berbasis pasar. “Ini berarti bahwa sebagian besar ekspor sawit kami telah diakui sebagai 100% berkelanjutan,” kata Luhut.

Menanggapi paparan Luhut, Kardinal Turkson pun mengatakan sektor pertanian dan perkebunan termasuk sawit bisa menjadi sektor usaha untuk menghapus kemiskinan. Ia berpesan bahwa keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan pengelolaan lingkungan harus tetap dijaga.

sumber: katadata.co.id