Bahaya Rayap pada Sawit : Penyebab, Dampak, dan Cara Pengendaliannya

hama-rayap

Sawit Notif – Perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, namun ada ancaman kecil namun mematikan yaitu rayap. Hama berukuran mungil ini sering luput dari perhatian karena menggerogoti di bawah permukaan tanah atau di dalam batang. Namun, dampaknya bisa sangat besar. Tanaman muda yang seharusnya tumbuh subur bisa mati dalam hitungan bulan, sementara tanaman dewasa pun berisiko roboh bila serangan tidak segera dikendalikan.

Serangan rayap menjadi ancaman serius, tidak hanya bagi sektor pertanian dan perkebunan, tetapi juga bagi pemukiman. Hal ini disebabkan sifat serangannya yang tersembunyi atau hidden infestation, sehingga sering tidak terlihat namun mampu menimbulkan kerusakan besar pada tanaman maupun furnitur.

Menurut penjelasan Nadzirum Mubin, SP, MSi, dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, serangan rayap bisa merusak sekitar 5% tanaman kelapa sawit. Artinya, dalam satu hektare kebun biasanya terdapat sekitar 7–8 tanaman yang terkena dampak.

 

Rayap bukan hanya sekadar pengganggu, tetapi ancaman serius yang dapat menggerogoti produktivitas kebun, menambah biaya perawatan, dan bahkan menurunkan hasil panen secara signifikan. Rayap menyerang beragam jenis tanaman karena serangga ini memerlukan selulosa sebagai sumber nutrisinya. Daun, ranting, kayu lapuk, pelepah sawit, hingga akar yang mengandung selulosa menjadi sasaran utama rayap dalam mencari pakan

Untuk itu, memahami penyebab, dampak, dan cara pengendalian rayap menjadi kunci agar perkebunan sawit tetap terjaga produktivitasnya dan berkelanjutan.

1. Penyebab Serangan Rayap pada Kelapa Sawit

Serangan rayap pada kelapa sawit tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah faktor yang memicu, baik dari sisi biologi rayap maupun kondisi lingkungan kebun:

       a. Faktor Biologi Rayap

  • Kebutuhan pangan berupa selulosa
    Rayap merupakan pemakan bahan berserat (selulosa). Selulosa banyak terdapat pada pelepah, batang, daun, tunggul kayu, hingga akar sawit. Hal ini membuat kebun sawit menjadi habitat ideal.
  • Spesies perusak utama
    Jenis rayap yang paling berbahaya pada kelapa sawit ialah Coptotermes curvignathus. Spesies ini mampu membangun sarang besar, membuat lorong-lorong tanah, dan menyerang bagian dalam batang hingga akar.

         b. Faktor Lingkungan

  • Lahan gambut dan bekas hutan
    Area ini memiliki banyak tunggul, kayu lapuk, dan sisa vegetasi yang kaya selulosa, sehingga meningkatkan populasi rayap.
  • Kebun bekas terbakar ringan
    Sisa potongan kayu dan akar pasca kebakaran sering menjadi sumber pakan rayap, sehingga serangan di lahan seperti ini cenderung lebih parah.
  • Tata kelola kebun kurang baik
    Kurangnya pembersihan tunggul, penumpukan pelepah, dan sanitasi buruk memperbesar peluang rayap berkembang biak.

2. Dampak Serangan Rayap pada Kelapa Sawit

Serangan rayap memberikan dampak yang cukup serius, terutama pada tanaman muda di kebun sawit.

a. Kerusakan Fisik Tanaman

  • Akar dan batang terowong
    Rayap biasanya akan menggali lorong dalam batang tanaman kelapa sawit dan akar sehingga jaringan tanaman rusak dan tidak mampu menyalurkan nutrisi.
  • Tanaman mudah roboh
    Jika batang kosong di dalam akibat serangan, pohon akan rapuh dan tumbang saat tertiup angin.

b. Penurunan Produktivitas

  • Pertumbuhan terhambat
    Serangan pada tanaman muda membuat pertumbuhannya kerdil, lambat berbuah, dan hasil panen berkurang.
  • Kematian massal
    Dalam serangan berat, hingga 50% lebih tanaman bisa mati, mengakibatkan kerugian besar bagi perkebunan.

c. Kerugian Ekonomi

  • Biaya tambahan untuk perawatan, pengendalian hama, hingga replanting.
  • Produktivitas turun drastis, terutama di lahan gambut atau bekas hutan, sehingga mengurangi keuntungan jangka panjang.

 

 

3. Cara Pengendalian Rayap pada Kelapa Sawit

Pengendalian rayap harus dilakukan dengan pendekatan terintegrasi (Integrated Pest Management / IPM) yang menggabungkan teknik kultur, biologis, dan kimiawi.

a. Pengendalian Kultur Teknis (Sanitasi Kebun)

  • Pembersihan lahan secara tuntas
    Sisa tunggul, batang yang membusuk, maupun bekas hasil pembakaran perlu dibersihkan karena dapat menjadi sumber pakan bagi rayap
  • Pengolahan tanah
    Membajak tanah sebelum tanam untuk merusak sarang rayap di bawah permukaan.
  • Pengaturan jarak tanam
    Jarak tanam yang baik membantu masuknya cahaya, menekan kelembapan, dan mengurangi habitat rayap.
  • Pemangkasan pelepah teratur
    Pelepah daun tidak boleh dibiarkan menumpuk di area piringan kelapa sawit karena bisa menjadi sarang rayap.

b. Pengendalian Biologis

  • Musuh alami
    Beberapa predator alami rayap adalah semut (misalnya Oecophylla smaragdina) yang mampu mengurangi populasi.
  • Jamur entomopatogen
    Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana terbukti efektif membunuh rayap dengan menyerang tubuhnya.
  • Nematoda entomopatogen
    Jenis Steinernema dan Heterorhabditis mampu menginfeksi rayap dari dalam tubuh.
  • Kelebihan metode biologis: ramah lingkungan, aman bagi pekerja, dan tidak meninggalkan residu berbahaya.

c. Pengendalian Kimiawi

  • Aplikasi termitisida
    • Bahan aktif yang sering digunakan: fipronil, klorpirifos, atau sipermetrin.
    • Dosis umum: 1–2,5 ml/liter air.
    • Disemprotkan pada batang, pelepah, dan tanah sekitar tanaman terserang.
  • Sistem Umpan (Termite Baiting System/TBS)
    • Menggunakan umpan berupa kayu atau kardus yang diberi racun lambat (slow acting poison) seperti hexaflumuron.
    • Umpan beracun yang dibawa rayap pekerja ke dalam sarang akan menyebar dan menginfeksi seluruh koloni.
  • Kelemahan metode kimiawi:
    Membutuhkan biaya lebih besar, berisiko meninggalkan residu, dan harus diawasi ketat agar tidak mencemari lingkungan.
  • Kelapa sawit tetap memerlukan tambahan pupuk lain, misalnya pupuk MOAF. Pengelolaan budidaya yang baik akan mendukung peningkatan jumlah dan mutu hasil. Bagi pihak perkebunan sawit yang ingin mendapatkan informasi lebih lengkap silahkan hubungi  0821-2000-6888 atau kunjungi website pkt-group.com

 

d. Strategi Tim Pengendalian di Kebun

Pengalaman lapangan menunjukkan, pengendalian efektif jika ada tim khusus yang dibagi tugas:

  • Tim monitoring → bertugas melakukan pencatatan serta memberi tanda pada tanaman yang terkena serangan.”
  • Tim pembongkar → membuka dan membersihkan sarang rayap.
  • Tim penyemprot → mengaplikasikan termitisida sesuai prosedur.

 

Kesimpulan :

Rayap adalah hama penting yang dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit hingga menyebabkan kematian massal pada tanaman muda. Faktor utama serangan adalah kandungan selulosa di kebun sawit, yang semakin diperparah oleh kondisi lahan seperti bekas hutan atau lahan gambut. Dampaknya mencakup kerusakan fisik tanaman, penurunan hasil, hingga kerugian ekonomi besar. Oleh karena itu, pengendalian harus dilakukan secara terintegrasi:

  1. Kultur teknis → pembersihan dan sanitasi kebun.
  2. Biologis → pemanfaatan musuh alami dan agen hayati.
  3. Kimiawi → penggunaan termitisida dan sistem umpan secara terukur.

Jika dilakukan secara konsisten, pengendalian rayap mampu menekan tingkat serangan sehingga kebun kelapa sawit tetap menghasilkan dan berkelanjutan.(AD)(SD)(DK)