Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama dalam neraca dagang Indonesia. Sawit juga merupakan sumber devisa utama dengan capaian sebesar US$ 22,97 miliar pada tahun lalu.
Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono menyatakan ekspor kelapa sawit kerap berkontribusi terhadap neraca perdagangan setiap tahun. “Kalau tidak kelapa sawit, neraca dagang nonmigas akan selalu defisit,” kata Mukti, beberapa waktu lalu.
Contohnya, pada tahun lalu dengan ekspor US$ 22,97 miliar, neraca dagang nonmigas surplus sebesar US$ 11,83 miliar. Namun, ketika jumlah ekspor sawit lebih kecil tahun 2016 dengan nilai US$ 18,21 miliar, hal itu juga ikut tercermin pada neraca dagang yang lebih kecil yakni mencapai US$ 9,53 miliar.
Sementara pada 2015, ketika ekspor sawit senilai US$ 18,64 miliar, neraca dagang hanya sebesar US$ 7,58 miliar. “Tren itu terjadi setiap tahun,” ujar Mukti.
Dia pun menyebut, tren ekspor sawit terus mengalami peningkatan. Pada 2016, volume ekspor sawit mencapai 25,1 juta ton, kemudian melonjak pada 2017 menjadi 31 juta ton.
Sementara pada tahun ini, ekspor sawit sempat menurun akibat bea masuk tinggi dari India, sehingga ekspor terhambat pada enam bulan pertama. Namun dia berharap ekspor sawit masih berpeluang tumbuh hingga akhir tahun.
Pengusaha memanfaatkan peluang ekspor sehingga capaian ekspor hingga Agustus 2018 mencapai 19,9 juta ton. “Dampak perang dagang, ekspor bisa naik lagi setidaknya sama seperti tahun lalu,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo, pada pembukaan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018, meminta pengusaha sawit mengembangkan pasar ekspor. Dia meminta Indonesia bisa mengakseslerasu pembukaan pasar baru di luar pasar tradisional.
Menurutnya, GAPKI mesti memanfaatkan potensi negara Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. “Tiongkok kan sudah menambah 500 ribu ton, masak ya presiden disuruh jualan terus,” kata Jokowi.
sumber: katadata.co.id