Sawit Notif – Dengan menghasilkan produk akhir, Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor bahan baku saja, tetapi juga memperluas pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan negara serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Maka langkah pemerintah untuk melakukan hilirisasi kelapa sawit merupakan langkah yang strategis untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas ini. Pemerintah juga mengungkapkan bahwa dengan total produksi lebih dari 56 juta ton dan ekspor mencapai 26,33 juta ton, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas penopang perekonomian Indonesia.
Mengutip agrofarm.co.id, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa industri sawit memiliki potensi yang tinggi. Sebab itu, pemerintah berupaya menciptakan nilai tambah dan mengembangkan industri hilir kelapa sawit yang tidak hanya berfokus pada bahan baku, tetapi juga menghasilkan produk akhir.
Airlangga mengungkapkan bahwa tengah saat ini pemerintah terus mendorong mandatori biodiesel yang sudah mencapai B35 dan sudah melakukan uji coba B40. Realisasinya penyerapan biodiesel mencapai 12,2 juta kilo liter, sehingga dapat mempengaruhi penggunaan CPO di dalam negeri.
Dalam hal ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebagai lembaga yang bertugas mengelola dana perkebunan kelapa sawit ikut mendorong pengembangan produk hilir sawit dengan melakukan riset penelitian dan pengembangan.
Riset perkebunan kelapa sawit dari hulu hingga hilir yang dikembangkan oleh BPDPPKS adalah upaya untuk melakukan penguatan, pengembangan, dan peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri kelapa sawit nasional.
Oleh karena itu, BPDPKS membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak seperti asosiasi petani kelapa sawit, instansi pemerintah, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya. Kolaborasi ini dilakukan untuk mengenalkaan, mengembangkan, dan mendorong hilirisasi atau membuat produk-produk berbahan sawit agar memperoleh nilai tambah bagi pelaku industri sawit termasuk UMKM.
Sumber: agrofarm.co.id