Jika Anda memiliki perkebunan kelapa sawit, maka hal yang perlu dipertahankan adalah produktivitasnya agar dapat memberikan keuntungan secara berkelanjutan. Untuk memperoleh produktivitas maksimal, Anda bisa melakukan peremajaan kelapa sawit.
Apakah Anda tahu penyebab kenapa jumlah panen sawit menurun? Salah satunya adalah karena tanaman sawit yang sudah berusia 25 tahun dan memiliki produktivitas menurun. Jadi, dibutuhkan upaya peremajaan dengan berbagai sistem yang dapat Anda pilih.
Program Peremajaan Kelapa Sawit
Peremajaan ini juga didukung oleh pemerintah dengan memberikan dana bantuan bagi petani untuk menjalankan PSR (Peremajaan Sawit Rakyat). Contohnya di tahun 2016 dilakukan peremajaan di sejumlah wilayah yaitu Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan.
Adapun sasarannya yakni para petani swadaya yang sudah lepas dari perusahaan inti. Kemudian, ada juga petani plasma yang mendapatkan program peremajaan dengan lahan maksimal 4 hektar. Dengan adanya bantuan dari pemerintah ini membuat cara menanam kelapa sawit menjadi lebih mudah.
Sistem Peremajaan Kelapa Sawit
Ada 4 sistem yang dapat membantu produktivitas tanaman sawit meningkat. Keempat dari sistem tersebut yaitu sistem tumbang serempak, peremajaan bertahan, underplanting, dan tumpang sari. Berikut adalah penjelasan dari peremajaan ini yang dilihat dari kelebihan dan kekurangannya.
1. Sistem Tumbang Serempak
Untuk sistem peremajaan pertama adalah tumbang serempak yang menggunakan persiapan lahan dan pengolahan tanah yang dilakukan dengan masif. Penggunaan sistem tumbang serempak ini memiliki kelebihan yaitu dapat terhindar dari hama seperti kumbang tanduk.
Kelebihan lainnya dari peremajaan kelapa sawit dengan sistem tumbang serempak adalah dapat membuat tanaman sawit terhindar dari penyakit atau patogen. Dengan demikian, penggunaan sistem ini dapat mencegah tanaman kelapa sawit dari kerusakan yang disebabkan oleh penyakit dan hama.
Tumbang serempak juga dapat membuat tanah menjadi lebih subur dan mampu untuk memberikan kondisi yang dibutuhkan bagi kelapa sawit dengan baik. Meskipun demikian, ada kelemahan yang dimiliki sistem tumbang serempak yaitu berisiko membuat hilangnya pendapatan dari petani. Hal ini terjadi karena pendapatan dari produksi dan penjualan TBS bisa saja terputus sama sekali.
2. Sistem Peremajaan Bertahap
Sistem peremajaan kelapa sawit selanjutnya adalah peremajaan bertahap. Cara ini membuat Anda bisa memperoleh hasil tanaman sawit yang sudah tua. Namun, ada kekurangan yang dimiliki dalam sistem ini yaitu terkait lahan perkebunan.
Sistem ini umumnya hanya dipakai bagi petani yang memiliki perkebunan dengan lahan luas. Jadi, tidak cocok untuk peremajaan lahan sempit. Contohnya, penanaman kelapa sawit di kebun plasma atau swadaya.
3. Sistem Underplanting
Sistem underplanting termasuk peremajaan kelapa sawit yang umum digunakan. Adanya sistem ini memungkinkan petani memperoleh hasil dari tanaman tua. Jadi, penghasilan kelapa sawit masih dapat berkelanjutan dan tidak terputus penghasilannya.
Sistem underplanting juga membuat tanaman kelapa sawit tumbuh di kondisi lingkungan rawan konflik. Namun, ada kekurangan yang dimiliki dari sistem underplanting yaitu tanaman muda kelapa sawit rawan mengalami gangguan tumbuh. Selain itu, memiliki risiko terserang oleh hama seperti kumbang tanduk dan hama kelapa sawit lainnya.
Kekurangan sistem underplanting lainnya yaitu membuat tanaman sawit terserang penyakit Ganoderma sehingga perlu dilakukan pencegahan sebelumnya untuk wujud antisipasi terhadap penyakit yang menyerang kelapa sawit ini.
Pencegahan penyakit Ganoderma pada tanaman sawit dapat dikendalikan dengan teknologi pengendali hayati CHIPS® dan dikombinasikan dengan pupuk MOAF® yang diformulasi khusus sesuai dengan kebutuhan tiap areal perkebunan yang berbeda dari PKT.
4. Sistem Tumpang Sari
Terakhir, ada sistem tumpang sari yang dilakukan sebagai opsi lain untuk melakukan peremajaan. Tujuan dari adanya peremajaan dengan sistem tumpang sari adalah membuat tanaman sawit yang masih muda berkembang dengan baik tanpa adanya hama.
Sistem tumpang sari juga membuat tanaman dapat memperoleh suplai hara yang berasal dari sisa tanaman kelapa sawit. Dari kelebihan yang ada, sistem tumpang sari juga memiliki kelemahan. Diantaranya adalah petani kelapa sawit juga perlu melakukan pengelolaan tanah di sela tanaman dengan intensif. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan teknik dan pemasaran yang baik agar produksinya bisa dibeli oleh pasar sehingga usaha kelapa sawit masih tetap berkelanjutan.
Jadi, petani dalam hal ini diuntungkan karena masih tetap mendapatkan penghasilan meski tanaman kelapa sawit di lahan perkebunan sudah ditebang. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tumpang sari ini. Anda perlu melihat tanaman apa yang memiliki nilai jual tinggi dan cocok dengan kondisi lahan atau lingkungannya sebagai media tanam.
Hal yang Perlu Dilakukan dalam Pelaksanaan Sistem Peremajaan Sawit
Setelah mengetahui sistem peremajaan tanaman sawit, Anda juga perlu tahu hal apa saja yang perlu dilakukan dalam melaksanakan peremajaan ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Melihat Kondisi Lahan
Sebelum menentukan sistem peremajaan kelapa sawit yang Anda pilih, ada baiknya mempertimbangkan kondisi lahan yang ada. Mulai dari tentukan apakah kondisi lahan untuk kelapa sawit ini termasuk dalam kondisi endemik atau non endemik Ganoderma.
Maksud dari kondisi endemik adalah kondisi yang sesuai dengan habitat Ganoderma. Jadi, sebaiknya pilihlah yang non endemik saja agar kondisi lahan tepat untuk ditanami kelapa sawit dan terhindar dari terserangnya penyakit ini.
Baca juga: Strategi Tepat Untuk Menghadapi Musim Trek pada Kelapa Sawit
B. Jenis Tanah
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan sistem peremajaan yaitu jenis tanah yang dipilih. Perhatikan jenis tanah tersebut apakah termasuk dalam jenis tanah gambut, pasang surut, atau mineral. Pertimbangan jenis tanah ini penting karena memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan peremajaan serta masalah biaya.
Penutup
Demikian penjelasan terkait sistem peremajaan kelapa sawit yang terdiri dari 4 jenis dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Secara umum, peremajaan tanaman kelapa sawit ini didasarkan pada sistem penumbangan serempak karena dapat mengolah tanah menjadi lebih baik agar cocok ditanami kelapa sawit.
FAQ
1. Langkah peremajaan kelapa sawit?
Ada beberapa langkah dalam melakukan peremajaan sawit ini. Langkah-langkah dari peremajaan tersebut dilakukan dengan kegiatan penumbangan tanaman lama. Kemudian, langkah berikutnya adalah pencacahan cabang dan batang. Lalu, konservasi lahan, pemancangan dan lubang tanam, penanaman kacang-kacangan, dan dilanjutkan penanaman bibit kelapa sawit.
2. Apa yang dimaksud dengan peremajaan kelapa sawit?
Peremajaan adalah usaha untuk mempertahankan keberadaan, produksi, dan produktivitas dari penanaman kelapa sawit yang sudah memasuki usia tua atau berumur lebih dari 25 tahun. Peremajaan ini juga merupakan upaya dalam mengatasi masalah pada tanaman kelapa sawit seperti kerusakan serta pembusukan yang disebabkan oleh hama dan penyakit seperti Ganoderma dan Phytophthora palmivora.
3. Bisakah kelapa sawit melakukan peremajaan dengan sistem tumpang sari?
Tentu saja bisa. Umumnya peremajaan sawit dengan sistem tumpang sari diterapkan oleh petani sawit atau petani plasma yang melakukan model tumpang sari dengan menanam tanaman kedelai di lahan perkebunan. Maksud dari pengembangan tumpang sari ini bertujuan agar lahan bisa mendapatkan hasil sementara produksi sawit meskipun tanaman sawit masih dalam proses replanting. Adapun yang dimaksud dengan replanting yaitu penanaman kembali terhadap komoditi kelapa sawit sebelumnya.
So, bagi perusahaan sawit perusahaan yang memiliki masalah yang sama terkait hasil produktivitas tanaman dan ingin bertanya lebih lanjut mengenai peremajaan sawit. Silahkan mengunjungi website kami www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp kami +62 821 2000 6888.