Sawit Notif – Bangladesh adalah salah satu negara yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga komoditas global dan terpengaruh juga oleh tekanan inflasi akibat perang di Ukraina.
Tren penurunan perekonomian dan tingginya harga minyak nabati ini sangat mempengaruhi tingkat konsumsi minyak nabati. Penurunan konsumsi minyak dan lemak secara umum sebagian besar disebabkan oleh terbatasnya daya beli sebagian besar penduduk.
Mengutip Infosawit.com, Malaysian Palm Oil Council (MPOC), Azriyah Azian mengatakan selama lima bulan pertama tahun 2022, Bangladesh telah mengimpor total 1.038.839 ton minyak dan lemak, 21% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan, total impor minyak nabati Bangladesh turun dalam lima bulan pertama di tahun 2022, walau pun begitu ekspor minyak sawit Malaysia (MPO) ke Bangladesh telah meningkat menjadi 104.629 ton hingga akhir Mei 2022 dari 57.062 ton pada periode yang sama tahun lalu.
Angka ini meningkat 83,4% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 menurut data resmi dari MPOB.
Alasan utama tingginya impor minyak sawit dari Malaysia adalah karena pasokan yang berkurang dari Indonesia karena telah sempat menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) serta sempat menerapkan larangan ekspor minyak sawit yang terjadi di bulan April 2022 lalu, ini lah yang mendorong pembeli Bangladesh untuk memperoleh lebih banyak minyak sawit dari Malaysia.
Sumber: Infosawit.com