Sawit Notif – Upaya pemerintah untuk menggenjot ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya telah melambungkan penerimaan bea keluar (BK) dari komoditas tersebut. Penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya pada Juli bahkan menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini, dikutip dari Cnbcindonesia.com.
Sebagai catatan, pada pertengahan Juni lalu, pemerintah bahkan mencanangkan program untuk meniadakan atau mempercepat peredaran ekspor barang CPO dan turunannya. Kebijakan ini berlaku hingga 31 Juli 2022.
Program flush out ini berlaku untuk CPO, Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oiij, Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein), dan Used Cooking Oil (UCO). Meski pun program ini sempat membuat harga CPO ambrol di pasar internasional karena melimpahnya pasokan.
Menurut data dari Refinitiv, rata-rata harga CPO di bulan Juli berada di kisaran MYR 3.940/ton, jauh lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat MYR 5.473 per ton.
Walaupun harga melandai, besarnya volume ekspor CPO dan produk turunannya membuat penerimaan BK tetap besar. Pada Juli, harga referensi CPO turun 4,96% (month to month/mtm) menjadi US$ 1.700,12 /MT. Pemerintah memberlakukan tarif BK maksimal sebesar US$ 200/ton karena harga CPO sudah di atas threshold.
“Pendapatan BK Juli meningkat berkat peningkatan volume ekspor CPO dan turunannya sebesar 10,35% (ton),” kata Dirjen Bea Cukai dalam keterangannya.
Merujuk pada data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK dari kelompok CPO dan produk turunannya pada Juli 2022 menembus Rp 7,69 triliun. Jumlah tersebut naik 14,7% dibandingkan Juni 2022.
Selain itu, Penerimaan BK dari komoditas CPO dan produk turunannya pada Juli adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Nilainya bahkan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan rata-rata penerimaan bulanan 2022 (Rp 3,17 triliun).
Sumber: Cnbcindonesia.com.