Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui memang masih ada kendala dalam penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dalam penerapan mandatori B20.
“Memang ada kendala di lapangan, teknis, distribusi, dan sebagainya. Kami berusaha agar ini bisa diatasi,” ujar Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/9/2018).
Adapun, menanggapi hal ini, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan tidak membantah adanya kendala pengiriman minyak sawit ke wilayah Indonesia Timur seperti NTT, kondisi cuaca dan ombak besar juga bisa memperlambat waktu pengiriman.
“Tentunya ada sebabnya mengapa sampai saat ini masih ada beberapa titik yang masih belum terpasok. Namun, masing-masing titik terdapat hal yang berbeda, dan tidak bisa disamakan,” ujar Paulus kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Jumat (21/9/2018).
Ia pun menambahkan, kendala tersebut sedang diupayakan untuk diatasi, dan sedang dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang difasilitasi oleh Dirjen Migas dan Kemenko Bidang Perekonomian.
“Aprobi tentunya akan berusaha terus sesuai dengan komitmen kami untuk memenuhi purchase order (PO) yang telah diterima oleh anggota. Kami menganggap ini adalah tantangan yang harus kita upayakan agar biodiesel segera tersedia di semua titik,” pungkas Paulus.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) selaku distributor B20 mengakui perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
FAME adalah unsur nabati yang dibutuhkan untuk memproduksi B20, dengan bahan baku dari minyak kelapa sawit.
“Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).
sumber: cnbcindonesia.com