Jakarta – Harga minyak kelapa sawit mengalami tekanan. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode Mei kemarin harga minyak sawit global bergerak di kisaran US$650 hingga US$670 per metrik ton dengan harga rata-rata US$653,6 per metrik ton.
Harga tersebut turun US$8,6 jika dibandingkan dengan rata-rata harga April yang masih mencapai US$662,2 per metrik ton. Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan tekanan disebabkan oleh pelemahan permintaan ekspor.
Berdasarkan data GAPKI, sepanjang Mei 2018 volume ekspor minyak sawit (termasuk biodiesel dan oleochemical) Indonesia menurun tiga persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 2,33 juta ton.
Khusus volume minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) ekspor merosot empat persen dari 2,22 juta ton pada April lalu menjadi 2,14 juta ton.
“Pelemahan juga dipicu oleh stok di pasar global yang melimpah,” kata Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono dalam pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta, Rabu (11/7).
Mukti memperkirakan pelemahan harga kemungkinan masih akan berlanjut. Maklum saja, dari sisi Indonesia produksi minyak sawit Mei 2018 kemarin naik dari 3,72 juta ton menjadi 4,24 juta ton.
Kenaikan produksi tersebut membuat stok minyak sawit dalam negeri meningkat dari 3,98 juta ton menjadi 4,76 juta ton.
Mukti meminta pemerintah mulai memberikan perhatian khusus kepada industri minyak sawit agar pelemahan harga tersebut tidak semakin menjadi.
Salah satu yang dia harapkan dari pemerintah, penerapan kewajiban penggunaan biodiesel yang lebih banyak, termasuk kepada non PSO.
“Jika konsumsi di dalam negeri tinggi maka stok akan terjaga dan harga di pasar global tidak anjlok karena stok yang melimpah,” katanya.
Selain itu, Mukti juga berharap agar pemerintah segera memperluas pasar ekspor minyak sawit ke Afrika.
sumber: cnnindonesia.com