Blangpidie – Kelapa sawit merukan komoditi unggulan petani Kabupaten Abdya, mengeser komoditi pala sekitar 10 tahun terakhir.
Puluhan ribu hektare (ha) areal kelapa sawit rakyat dikembangkan secara instensif sejak 2008, terutama di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee, sebagian besar sudah berproduksi.
Produksi kelapa sawit menjadi pemasukan andalan sebagian petani di Kabupaten Abdya. Sayangnya, harga sawit sering berfluktuasi, malahan terjun bebas ketika menjelang lebaran, seperti sekarang ini.
Harga TBS (tandan buah segar) kelapa sawit produksi kebun rakyat di Kabupaten Abdya anjlok dengan kisaran Rp 900 sampai Rp 930 per kilogram (kg) dari harga sebelum bulan Ramadhan Rp 1.320 per kg.
Beberapa petani kelapa sawit di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee dihubungi Serambinews.com, Rabu (30/5/2018) menjelaskan, harga TBS sawit di tingkat petani bergerak turun secara per lahan-lahan sejak menjelang Ramadhan.
“Jelang Ramadhan harga sawit Rp 1.320 per kg, turun menjadi Rp 1.150 per kg pada awal puasa. Dua hari terakhir harga sawit hanya berkisar Rp 900 sampai Rp 930 per kg,” kata Suparmi, salah seorang petani di Babahrot.
Produksi sawit petani ditampung pedagang pengumpul, selanjutkan dijual ke pengusaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
“Bila sawit kita jual kepada pedagang yang menampung di gudang, paling-paling dihargai Rp 950 per kg,” kata Edi, salah seorang petani di Jalan 30 Babahrot-Kuala Batee.
Peristiwa anjlok harga TBS sawit sangat meresahkan petani yang sedang membutuhkan dana segar untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri yang semakin dekat.
Petani menduga bahwa harga kelapa sawit terjun bebas menjelang lebaran seperti sekarang ini merupakan permainan pengusaha PKS yang beroperasi di Kabupaten Nagan Raya dengan memanfaatkan kesempatan jelang lebaran.
“Sebab, kerap terjadi harga sawit merosot menjelang lebaran,” kata salah seorang petani lainnya.
sumber: tribunnews.com