Sawit Notif – Sebagai komoditas ekspor tertinggi untuk permintaan pasar global, tandan buah segar (TBS) sawit cenderung memiliki harga jual yang stagnan atau menurun. Situasi ini kerap terjadi dikarenakan krisis ekonomi yang masih melanda beberapa negara tujuan ekspor CPO dan turunannya.
Diketahui bahwa tren penurunan harga jual minyak sawit mentah (CPO) sering terjadi. Bahkan, akhir tahun 2022 lalu diramal harga CPO akan mengalami tren penurunan harga jual di tahun 2023 saat ini.
Maka itu, sejak awal tahun 2023 pemerintah melalukan beragam upaya untuk pembatasan kuota ekspor melalui Domestic Market Obligation (DMO) guna menjamin pasokan minyak goreng murah bagi masyarakat dan sebagai pembatasan jumlah besaran ekspor CPO.
Mengutip Infosawit.com, Pusat Data Bisnis (PDB) mencatat beberapa sebab akibat penurunan permintaan CPO dan turunannya yang terjadi di beberapa negara tujuan ekspor yang salah satunya negara Cina. Banyak negara konsumen produk Cina telah menurunkan permintaan, akhirnya negara tersebut mengalami perlambatan perekonomian sejak tahun 2022 lalu.
Sebab itu, konsumsi dan permintaan impor juga mengalami penurunan. Lantaran, perekonomian Tiongkok ikut mengalami perlambatan karena adanya hukum sebab dan akibat yang melekat pada kondisi ekonomi negara tersebut saat ini.
Sumber: Infosawit.com