Jakarta – Perdagangan berjangka minyak kelapa sawit naik, terdorong oleh pelemahan ringgit dan penghapusan pajak barang dan jasa.
Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik 18 poin atau 0,75% menjadi 2.432 ringgit per metrik ton pada Bursa Malaysia Derivatives. Perdagangan berjangka tersebut turun 2,86% selama tahun berjalan.
“Pelemahan ringgit telah memberi dukungan pada pasar,” ujar David Ng, ahli derivatif Phillip Futures di Kuala Lumpur, dikutip dari Bloomberg, Kamis (17/5/2018).
David mengatakan, ringgit melemah di tengah kekhawatiran pada fiskal. Sementara itu, penghapusan pajak barang dan jasa akan memberikan sentimen positif bagi pengolah minyak sawit sehingga permintaan untuk minyak kelapa sawit olahan kemungkinan akan meningkat.
Adapun, faktor lain yang mendorong penguatan harga CPO adalah musim hujan yang terjadi di wilayah pertanian sawit di Indonesia dan Malaysia. Curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan banjir yang dapat mengganggu panen dan distribusi hasil sawit.
Badan Meteorologi Malaysia memprediksi bahwa akan ada badai dan hujan deras di sejumlah wilayah pertanian sawit Malaysia, seperti di Sarawak, Johor, Pahang dan Terengganu pada Kamis (17/5).
Selain itu, di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan turun hujan di daerah Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, Barat, dan Selatan, serta Sulawesi Tengah.
Sumber: Bloomberg