Sawit Notif – Pangsa pasar Kelapa Sawit sangat luas mulai dari minyak goreng hingga berbagai produk turunan yang dihasilkannya sehingga banyak diminati oleh investor. Namun di sisi lain pengembangan jenis usaha ini harus menghadapi berbagai mitos & fakta Kelapa Sawit.
Ada banyak sekali isu negatif Kelapa Sawit yang beredar luas di kalangan masyarakat. Hal tersebut terutama karena banyaknya beragam judul berita yang memancing kemarahan tanpa memahami duduk permasalahan yang sebenarnya.
Lantas apa sajakah mitos & fakta Kelapa Sawit di Indonesia yang beredar luas di kalangan masyarakat itu? Bagi yang ingin tahu, yuk temukan jawabannya pada uraian di bawah ini.
Beberapa Mitos Kelapa Sawit yang Beredar
Masalah sosial perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia lebih banyak berkaitan dengan masalah kesenjangan ekonomi dan konflik dengan masyarakat lokal. Berikut beberapa isu Kelapa Sawit terkini yang paling banyak diangkat ke permukaan:
Berikut yang termasuk mitos :
1. Minyak Sawit Merugikan Negara Miskin
Ini adalah sebuah mitos. Kehadiran bisnis Kelapa Sawit sering dituding sangat merugikan bagi negara miskin, karena jenis minyak nabati ini dianggap terlalu mahal bagi kantong masyarakat kebanyakan. Padahal fakta di lapangan menunjukkan jika keberadaan minyak Sawit justru menguntungkan karena:
- Minyak Sawit merupakan salah satu minyak nabati yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
- Ketersediaan minyak Sawit stabil di sepanjang tahun.
- Karena ketersediaan yang stabil itu maka patokan harga minyak Sawit relatif rendah sehingga cukup terjangkau bagi kalangan bawah.
2. Kehadiran Perkebunan Kelapa Sawit Meningkatkan Desa Miskin
Ini adalah sebuah mitos. Tudingan di atas tentu saja salah dan tak mendasar sama sekali karena fakta Kelapa Sawit justru menunjukkan kondisi yang berbeda.
Industri perkebunan Kelapa Sawit banyak dibangun di berbagai lokasi terpelosok yang kegiatan ekonomi daerahnya belum bertumbuh. Mulai daerah tertinggal, wilayah-wilayah pinggiran hingga daerah terisolasi yang belum terjangkau oleh berbagai program pemerintah.
Kehadiran perkebunan Sawit yang merupakan industri padat karya tentu saja akan berdampak pada tingkat ekonomi masyarakat sekitar. Yaitu dengan melakukan penyerapan tenaga kerja masyarakat sekitar sehingga dapat membantu perekonomian keluarga.
Selain itu pengelola Sawit juga akan membangun banyak sarana dan prasarana umum. Mulai dari pembangun jalan dan jembatan, fasilitas kesehatan dan pendidikan serta berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat lainnya.
Yang mana semua hal tersebut akan mampu membawa dampak perubahan yang signifikan pada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Baca juga: Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Sumber Lapangan Kerja di Daerah Tertinggal
3. Perkebunan Kelapa Sawit Menyebabkan Kerusakan Jalan & Infrastruktur
Ini adalah mitos. Dalam studi Mitos vs fakta Kelapa Sawit ini banyak dikaitkan dengan tingginya aktivitas pengangkutan hasil perkebunan Sawit dengan kapasitas berlebih. Yang mana hal ini lantas dituding sebagai biang yang mengakibatkan terjadinya banyak kerusakan jalan.
Dari data Kementerian PUPR tahun 2021 diketahui jika jumlah kategori jalan rusak nasional hanyalah 26% dari keseluruhan panjang jalan nasional.
Jika ditelaah lebih dekat, panjang jalan rusak Provinsi dimana sentra Sawit berada adalah 46% dari panjang jalan rusak nasional. Sedangkan 54% sisanya tersebar di berbagai provinsi lain yang bukan merupakan provinsi penghasil Sawit.
4. Minyak Kelapa Sawit Tidak Sehat
Minyak kelapa sawit sebenarnya mengandung lemak jenuh dan tak jenuh dalam jumlah seimbang. Ia juga mengandung vitamin E (tokoferol dan tokotrienol) serta beta-karoten, yang bermanfaat bagi kesehatan. Minyak kelapa sawit juga mengandung senyawa aktif seperti karotenoid (prekursor vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (vitamin E), serta asam lemak. Senyawa-senyawa ini memiliki peran penting sebagai antioksidan yang membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit degeneratif.
Berikut perbandingan kandungan vitamin E pada kelapa sawit dengan minyak nabati lainnya.
Minyak sawit stabil pada suhu tinggi, sehingga cocok untuk menggoreng. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan FAO tidak melarang konsumsi minyak sawit, tetapi menyarankan agar konsumsi lemak secara umum tetap moderat.
Jadi, tidak benar jika minyak kelapa sawit dikatakan tidak sehat secara mutlak. Yang lebih penting adalah pola makan secara keseluruhan.
5. Kelapa Sawit Menyebabkan Deforestasi Besar-besaran
Memang benar bahwa pembukaan lahan sawit pernah menyebabkan deforestasi di beberapa wilayah. Namun saat ini, industri sawit semakin mengutamakan praktik berkelanjutan. Banyak perusahaan sawit yang telah mendapatkan sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Pemerintah juga telah menetapkan moratorium pembukaan hutan primer dan lahan gambut untuk perkebunan sawit baru. Sebagian besar ekspansi lahan sawit saat ini menggunakan lahan terdegradasi atau bekas penggunaan lain, bukan hutan primer.
Selain itu, berdasarkan statistik global mengenai penyebab deforestasi, kelapa sawit bukanlah penyebab utama deforestasi di tingkat global. Justru, deforestasi lebih banyak dipicu oleh pembangunan padang penggembalaan serta ekspansi komoditas lain seperti tebu, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari. Artinya, dibandingkan dengan komoditas tersebut, kontribusi kelapa sawit terhadap deforestasi jauh lebih kecil.
Jadi, tudingan bahwa kelapa sawit penyebab utama deforestasi sudah tidak relevan jika melihat praktik industri saat ini.
6. Perkebunan Kelapa Sawit Mempekerjakan Anak di Bawah Umur
Isu ini sering muncul, namun tidak mencerminkan kebijakan resmi perusahaan besar di sektor sawit.
Perusahaan bersertifikasi RSPO dan ISPO secara tegas melarang pekerja anak. Audit rutin dan pemantauan dari lembaga independen membantu mencegah praktik ini. Jika ada kasus pekerja anak, biasanya terjadi di lahan-lahan kecil milik petani mandiri, dan seringkali tidak disengaja (misalnya anak ikut membantu orang tua setelah sekolah).
Artinya, kasus seperti ini bukanlah praktik sistemik, dan industri formal telah menetapkan larangan yang jelas.
7. Perkebunan Sawit Eksklusif dan Tidak Memiliki Program CSR
Perusahaan besar sawit justru aktif dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), terutama di bidang:
- Kesehatan dan pendidikan masyarakat lokal
- Pembangunan infrastruktur desa seperti jalan dan air bersih
- Pemberdayaan petani plasma dan UMKM
- Pelatihan pertanian berkelanjutan bagi petani mandiri
Banyak program CSR di daerah terpencil justru digerakkan oleh perusahaan sawit karena minimnya kehadiran layanan pemerintah.
Fakta Kelapa Sawit yang Harus Diketahui
Nah dari data di atas maka diperoleh kesimpulan jika isu tersebut terdapat korelasi yang sangat rendah antara keberadaan industri Sawit dengan rusaknya jalan.
Berikut yang termasuk Fakta.
1. Menyerap Tenaga Kerja Nasional
Ini adalah sebuah fakta. Hal ini menjadi menjadi sebuah fakta karena penyerapan tenaga kerja nasional yang cukup banyak dari bisnis ini.
Perlu diketahui jika kemampuan penyerapan tenaga kerja pada suatu industri sangat bergantung pada karakteristik teknologi serta bahan baku yang digunakan. Nah industri Kelapa Sawit Indonesia maupun di belahan dunia manapun merupakan sebuah industri padat karya.
Artinya industri Sawit tentu akan membutuhkan banyak suplai tenaga kerja dalam menjalankan proses produksinya. Sehingga semakin industri Sawit bertumbuh maka akan semakin tinggi pula tingkat penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkannya. Banyak orang yang bekerja sebagai staff di Perusahaan Sawit, tapia da juga yang bekerja sebegai Pegawai Harian Lepas (PHL) di kebun-kebun kelapa sawit. Mereka dibayar per hari kerja. Hal ini juga menunjukkan tenaga kerja cukup terserap di Perkebunan kelapa sawit ini. Menurut data Kementerian Pertanian, sektor ini memberikan pekerjaan bagi lebih dari 16 juta orang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Industri Sawit Tidak Berkontribusi Terhadap Ekonomi, Kesehatan, Air bersih
Ini adalah sebuah fakta. Industri sawit memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat desa, tetapi keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh perusahaan besar dibanding petani kecil. Ketergantungan pada sawit mengurangi diversifikasi ekonomi desa, sementara skema kemitraan sering merugikan petani kecil.
Dampak negatif juga terlihat pada kesehatan dan lingkungan. Pembakaran lahan dan paparan bahan kimia meningkatkan risiko penyakit, sementara limbah pabrik sawit mencemari sumber air bersih. Selain itu, deforestasi untuk perkebunan sawit menyebabkan kekeringan dan berkurangnya akses air bagi masyarakat.
3. Kontribusi terhadap Pembangunan Desa
Ini adalah fakta. Perkebunan sawit sering kali mendorong pembangunan infrastruktur desa, seperti jalan, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Perusahaan-perusahaan besar juga menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR) untuk mendukung kesejahteraan masyarakat setempat
4. Bahan Baku Sawit menjadi Beragam Produk
Ini adalah sebuah fakta. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku utama dalam berbagai industri karena sifatnya yang serbaguna. Dalam industri makanan, minyak sawit digunakan sebagai bahan dasar untuk margarin, minyak goreng, cokelat, dan berbagai produk olahan lainnya. Stabilitasnya terhadap suhu tinggi serta kandungan lemak jenuhnya membuat minyak sawit sangat cocok untuk proses penggorengan dan pembuatan makanan kemasan.
Selain itu, minyak sawit juga menjadi bahan utama dalam produk perawatan tubuh dan kosmetik. Kandungan minyak sawit digunakan dalam sabun, sampo, lotion, serta lipstik karena sifatnya yang melembapkan dan memberikan tekstur yang baik. Minyak sawit juga sering dijadikan bahan dasar deterjen dan sabun mandi karena kemampuannya menghasilkan busa yang baik serta tidak mudah larut dalam air.
5. Bahan Baku Sawit menjadi Produk Berkelanjutan Hilirisasi
Ini adalah sebuah fakta. Di sektor energi, minyak sawit memiliki potensi besar sebagai bahan bakar nabati (biodiesel). Biodiesel berbasis minyak sawit digunakan sebagai alternatif energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Penggunaannya dalam campuran bahan bakar kendaraan dan industri membantu mengurangi emisi karbon serta mendukung program energi berkelanjutan di berbagai negara.
Penutup
Demikianlah penjelasan tentang beberapa mitos & fakta Kelapa Sawit yang banyak beredar dan menyerang industri perkebunan di Indonesia.
Tentu untuk kedepannya akan lebih baik bagi semua pihak jika mendengar atau membaca isu negatif yang semisal untuk lebih dahulu memeriksa data yang ada. Jangan sampai berbagai isu negatif ini justru akan membawa dampak merugikan bagi pembangunan negara tercinta.
Bagi pihak perkebunan sawit yang ingin mendapatkan informasi lebih lengkap silahkan hubungi 0821-2000-6888 atau kunjungi website www.pkt-group.com
FAQ
Apakah manfaat Sawit bagi rumah tangga?
Buah Kelapa Sawit yang diekstrak akan menghasilkan minyak goreng nabati yang sehat sebagai konsumsi keluarga sehari-hari. Selain itu buah Sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, skincare, detergen dan masih banyak lagi lainnya.
Bagaimana caranya agar tanaman Sawit berbuah lebat?
Menjalankan prosedur secara tepat mulai dari fase pembibitan, perawatan saat telah berusia dewasa hingga menjalankan prosedur panen dengan benar. Selain itu di masa perawatan jangan lupa untuk melakukan pemupukan dengan pupuk organik secara teratur.
Apa manfaat pengendali hayati CHIPS dari PT PKT?
Beberapa manfaat dari CHIPS adalah membunuh sekaligus menghambat perkembangan dari Jamur Ganoderma. Memperbaiki jaringan akar serta saluran nutrisi pohon Sawit sehingga dapat pulih dan sehat kembali serta mampu menghasilkan buah dan ramah lingkungan. (SD)(NR)