Sawit Notif – Kementerian Pertanian (Kementan) mengonfirmasi adanya kenaikan harga pupuk subsidi yang dirasakan petani di berbagai daerah di Indonesia. Kementan menilai lonjakan harga itu dipicu sejumlah faktor, terutama biaya pengiriman yang membebani rantai distribusi.
“Karena memang di dalam itu tercampur antara iuran kelompok, transportasi, nah itu mungkin yang tidak terinformasikan juga sehingga yang keluar itu adalah HET (harga eceran tertinggi) tinggi,” ujar Kapoksi Pengawasan Pupuk Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Hendry Y. Rahman, saat ditemui di Kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2025).
Dilansir dari sawitindonesia.com, Hendry memaparkan, ada tiga penyebab utama kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk subsidi berdasarkan data Kementan. Pertama, naiknya biaya perawatan dan sewa gudang menjelang akhir tahun. Kedua, meningkatnya biaya transportasi dan distribusi pupuk. Ketiga, adanya penyesuaian biaya operasional dan keuntungan di akhir 2025.
“Kami sedang menghitung tiga alternatif untuk menyesuaikan biaya agar tidak terlalu membebani masyarakat,” jelasnya.
Kementan memastikan sedang menyiapkan langkah untuk menurunkan kembali HET pupuk subsidi agar tidak semakin memberatkan petani. Hendry memprediksi, tanpa intervensi, harga pupuk di tingkat pengecer bisa melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan harga distributor.
“Mudah-mudahan jika kebijakan ini disetujui dan diterapkan, persoalan kenaikan harga bisa diminimalisasi,” tutur Hendry.
Lonjakan harga pupuk subsidi mulai dirasakan para petani di berbagai daerah. Di Aceh Selatan, misalnya, harga pupuk jenis NPK Phonska yang semula dijual Rp145.000 per sak kini naik menjadi Rp170.000 per sak. Kenaikan ini menambah beban biaya tanam bagi petani yang selama ini mengandalkan pupuk subsidi.
Situasi serupa terjadi di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Di sejumlah titik, pupuk subsidi dijual jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Petani di daerah ini mengaku harus merogoh kocek lebih dalam karena harga pupuk melonjak hingga Rp260.000–Rp270.000 per kuintal.
Kondisi tidak jauh berbeda juga menimpa petani di Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur. Harga pupuk subsidi di wilayah tersebut tercatat melambung tinggi dan dijual Rp275.000 hingga Rp300.000 per sak. Lonjakan harga di tiga daerah ini memperlihatkan adanya persoalan distribusi yang berimbas langsung pada biaya produksi petani. (AD)(DK)(SD)