Sawit Notif – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia terus berkomitmen terus berkomitmen mengembangkan hilirisasi industri kelapa sawit dengan pada inovasi terbaru dan riset penelitian. Hal itu digaungkan di acara Pekan Riset Sawit Indonesia (Perisai) 2024 yang berlangsung di Nusa Dua Bali.
Kemenperin menyoroti pentingnya kolaborasi antara sektor riset dan industri dalam mendorong komersialisasi hasil penelitian untuk menciptakan industri sawit yang lebih modren dan berkelanjutan.
Dilansir dari infosawit.com, Direktur Jendral (Dirjen) Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa kelapa sawit menjadi hilirisasi yang sukses di Indonesia. Menurutnya industri sawit di Indonesia telah menghasilkan produk turunan seperti oleofood, oleochecimal, biofuel, hingga biomaterial ramah lingkungan. Hal itu menunjukkan kelapa kelapa sawit memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi industri masa depan.
Industri Agro atau yang lebih dikenal dengan nama Agroindustri itu sendiri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian, perkebunan sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Menurut Putu Juli Ardika selama sepuluh tahun terakhir, jumlah produk turunan kelapa sawit meningkat cukup pesat hinga tahun 2024 ini. Hal itu karena yang semula hanya dapat membuat 45 produk turunan dari sawit. Namun kini sudah dapat menghasilkan lebih dari 200 produk turunan dari sawit.
Sedangkan untuk nilai ekspor kelapa sawit Indonesia mencapai Rp 450 triliun pada 2023 lalu dan kontribusi sebesar 11,6% dari total ekspor non migas. Sektor ini juga menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Selain itu, sektor non migas ini juga menyerap 16,2 juta tenaga kerja, termasuk pekerja tidak langsung dari perkebunan rakyat.
Untuk mendorong hilirisasi berkelanjutan, Kemenperin juga mendukung pembentukan konsorsium multipihak yang melibatkan peneliti, pelaku industri dan pemerintah. Salah satu contoh keberhasilan konsorsium ini adalah pengembangan teknologi edible-coating berbasis minyak sawit yang memperpanjang masa simpan buah tropis.
Inovasi ini sedang menjalani proses sertifikasi food grade dan siap menjadi produk komersial. Putu menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor riset dan industri.
Putu Juli Ardika menjelaskan pemerintah saat ini sedang berupaya mempercepat proses komersialisasi hasil riset melalui kebijakan yang pro inovasi pembangunan fasilitas seperti Indonesia Manufacturing Center (IMC). IMC diharapakan dapat menjadi wadah industri untuk melanjutkan hasil hingga tahap produksi massal.(SD)(AD)(DK)