Jenis-Jenis Tanah yang Cocok untuk Kelapa Sawit dan Cara mengenalinya.

jenis-jenis-tanah

Kelapa sawit pada umumnya membutuhkan lahan yang relatif datar dengan struktur lapisan cukup tebal, tidak mudah tergenang, dan subur. Kelapa sawit sendiri dapat tumbuh pada bermacam jenis tanah.  Ciri tanah yang baik untuk kelapa sawit diantaranya gembur, aerasi dan drainase baik, kaya akan humus, dan tidak memiliki lapisan padas. Tanaman kelapa sawit cocok dibudidayakan pada pH 5,5 – 7,0.

Curah hujan dibawah 1250 mm/th sudah merupakan pembatas pertumbuhan, karena dapat terjadi defisit air, namun jika curah hujan melebihi 2500 mm/th akan mempengaruhi proses penyerbukan sehingga kemungkinan terjadi aborsi bunga jantan maupun bunga betina menjadi lebih tinggi. Ketinggian tempat yang baik untuk ditanam tanaman kelapa sawit yaitu antara 0 – 500 m dpl dengan kemiringan lereng sebesar 0 – 3 %.

Dilansir dari mutuinstitute.com berikut adalah tanah yang cocok dan baik untuk ditanami kelapa sawit dan cara mengenalinya. Harap perhatikan jangan sampai salah.

 

  1. Tanah Aluvial

Jenis tanah yang satu ini juga sering dikenal dengan sebutan tanah endapan dan hanya akan ditemukan di lokasi sekitar aliran sungai. Pasalnya, aluvial berasal dari sedimen lumpur yang dibawa oleh air di sungai maupun danau pada kawasan dataran rendah maupun hilir.

Dalam kata lain, tanah aluvial terbentuk sebagai hasil erosi dari tanah pada kawasan tinggi yang terbawa aliran air sungai dan mengendap serta bercampur dengan lumpur di sungai di dasar lereng.

Tanah aluvial banyak ditemukan di kawasan timur Sumatera, utara Jawa, Kalimantan Selatan dan Tengah, dan utara serta selatan Papua. Untuk mengetahui lebih detail tentang tentang aluvial, berikut adalah beberapa karakter utamanya.

  • Subur dan Kaya Mineral

Tanah aluvial bersifat subur dan cocok untuk keperluan pertanian maupun perkebunan. Namun, tingkat kesuburan dari tanah aluvial satu dengan yang lainnya sangat mungkin berbeda tergantung dari material apa yang terbawa hingga mengalami proses pengendapan tersebut. Kendati begitu, aluvial secara umum memiliki kandungan mineral yang banyak kandungan air yang tinggi karena berada di sekitar sungai sehingga membuatnya subur.

  • Berwarna Cokelat dan Agak Kelabu

Warna jenis tanah ini cokelat tetapi cenderung agak kelabu. Adapun warna tersebut diperoleh karena tingginya kandungan mineral pada aluvial.

  • Tekstur Mirip Tanah Liat

Banyak yang masih sulit membedakan antara tanah liat dan tanah aluvial karena kemiripan keduanya. Tekstur tanah aluvial tergolong lembut dan mudah digarap sehingga menjadi salah satu keuntungan tersendiri. Adapun strukturnya agak longgar atau sedikit lepas-lepas.

  • Kandungan pH, Kalium, dan Fosfor Rendah

Aluvial umumnya mempunyai pH di bawah 6. Selain itu, pada area dengan curah hujan yang rendah, kadar kalium dan fosfor aluvial juga turut rendah.

 

  1. Tanah Latosol

Warna tanah latosol yang berwarna kemerahan sering membuat orang kemudian menyebutnya dengan istilah tanah merah. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf sehingga bersifat cenderung asam dengan kandungan bahan organiknya yang tergolong rendah hingga sedang.

Tanah latosol banyak terdapat di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Jawa, dan Papua. Sebagai pembeda dari jenis tanah lainnya, berikut adalah beberapa karakter utama latosol.

  • Mempunyai pH Asam

Latosol mempunyai kadar pH relatif asam, yakni 4,5 hingga 6,5. Kondisi tanah yang agak asam tersebut terjadi karena material utama pembentuk latosol telah mengalami pelapukan berat sehingga banyak kation-kation basa yang tercuci.

  • Kandungan Bahan Organik Rendah

Tanah latosol mempunyai bahan organik sekitar 3% hingga 9%, tetapi secara umum hanya mencapai angka 5% saja. Adapun tingkat tinggi atau rendahnya unsur hara latosol dapat diamati dari warna tanah: makin merah warna tanah latosol, maka makin sedikit pula unsur hara yang dimiliki.

  • Tekstur Liat dan Struktur Gembur

Seperti aluvial, latosol secara umum mempunyai tekstur tanah liat. Namun, struktur tanah latosol remah dengan konsistensi gembur. Dalam kaitannya dengan infiltrasi, tingkat aliran air ke dalam tanah latosol bervariasi mulai dari agak cepat hingga agak lambat.

  • Mempunyai Solum Tebal

Solum pada latosol terbilang cukup tebal, yakni 130 cm hingga lebih dari 5 meter. Adapun solum terdiri dari lapisan permukaan dan subsoil yang telah mengalami proses pembentukan tanah yang sama dengan bagian dasarnya berupa bahan induk yang mayoritas belum lapuk.

 

  1. Tanah Organosol

Organosol merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan bahan organik. Namun perlu diketahui, tanah organosol sendiri masih terbagi lagi menjadi dua, yakni tanah humus dan tanah gambut. Seperti namanya, tanah humus mempunyai banyak kandungan unsur yang baik untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan tanah gambut sebaliknya.

Kendati begitu, tanah gambut yang bersifat asam justru dapat menjadi media tanam bagi kelapa sawit dengan beberapa penyesuaian. Jenis tanah ini banyak terdapat di kawasan beriklim basah dan curah hujan tinggi. Selain di daerah pantai, tanah ini juga dapat ditemukan di nyaris seluruh wilayah nusantara dengan beberapa karakternya sebagai berikut.

  • Berwarna Cokelat Tua Kehitaman

Organosol mempunyai warna cokelat tua hingga kehitaman. Hal ini dapat menjadi indikasi pula tentang seberapa banyak kandungan unsur organiknya. Makin banyak kandungan organik pada tanah organosol, makin gelap pula warna yang dihasilkan.

  • Memiliki Tingkat Keasaman Berbeda

Jenis tanah organosol gambut mempunyai tingkat pH tanah yang relatif asam, berkebalikan dengan humus. Guna memanfaatkannya sebagai media tanam, perlu dilakukan beberapa penyesuaian agar kebutuhan nutrisi tumbuhan tersebut tetap terpenuhi.

 

  1. Tanah Podsolik

Dilansir dari kumparan.com tanah ini juga sangat peka terhadap erosi. Oleh sebab itu, jenis tanah tersebut banyak dijadikan sebagai area persawahan, perladangan, kelapa sawit, kebun karet, serta kopi. Jenis tanah ini banyak dijumpai pada wilayah Jawa Barat, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan Sumatera.

  • Unsur Asamnya Tinggi

Tanah podsolik memiliki kadar asam yang tinggi. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara menurun, kegiatan biologi menurun, proses humifikasi kurang lancar dan kandungan zat Al, Fe, dan Mn meningkat.

  • Kejenuhan Basa Rendah

Jenis tanah ini cenderung miskin hara makro Ca, K dan Mg. Inilah yang menyebabkan tanah podsolik tidak cocok bila ditanami oleh jenis tanaman satu musim.

  • Daya Semat Fosfat Tinggi

Jenis tanah ini memiliki daya semat fosfat tinggi, berarti ketersediaan fosfat dalam rendah dan efisiensi pemupukan fosfat rendah.

  • Kadar Bahan Organik Rendah

Tanah podsolik termasuk ke dalam tanah dengan lapisan permukaan yang tipis. Dengan demikian, kadar N, S, dan P pun menjadi rendah sehingga keberadaannya terbatas.

  • Daya Simpan Air Terbatas

Tanah podsolik cenderung mudah mengalami kekeringan. Pasalnya, kandungan lempung tanah ini yang tidak bisa menyerap air. Oleh karena itu, tanah ini mudah sekali mengalami kekeringan.

  • Daya Simpan Unsur Hara Rendah

Tanah memiliki ciri utama dapat menyimpan unsur hara di dalamnya. Namun, ada beberapa jenis tanah yang memiliki daya simpan unsur hara yang rendah salah satunya tanah podsolik. Kurangnya daya simpan unsur hara pada tanah ini, membuat jenis tanah ini termasuk ke dalam tanah yang kurang subur dan tidak cocok dijadikan sebagai media tanam.(DK)

Bagi perusahaan yang ingin memulai bisnis kelapa sawit atau memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.