Jakarta – Meski perekonomian global dan regional mengalami kelesuan, neraca perdagangan Indonesia dan Mesir menunjukkan tren positif. Indonesia tercatat sebagai pemasok terbesar pasar komoditas kelapa sawit di Mesir. Ini jadi sinyal bahwa produk kelapa sawit Indonesia bisa kuasai pasar Afrika.
“Nilai perdagangan dengan Mesir yang terus meningkat memang harus dijadikan momentum kita untuk merambah pasar Afrika,” ujar Duta Besar RI untuk Mesir, Helmy Fauzi dalam acara perpisahan dengan Atase Perdagangan KBRI Kairo, Burman Rahman, di Wisma Duta, Kairo dalam keterangannya, Selasa (26/6/2018).
Helmy menjelaskan Mesir merupakan negara potensial untuk menjadi entry point produk Indonesia menguasai benua Afrika. Selain memiliki beberapa keunggulan seperti letak geografis dan populasi penduduk, Mesir juga sudah menandatangani Free Trade Agreement (FTA) dengan sejumlah negara di Afrika. Apalagi saat ini, Mesir sedang fokus untuk menggarap Afrika sebagai pasar ekspor. Sekalipun, lanjut Helmy, beberapa masalah terkait FTA seperti konektivitas, aturan cukai dan standardisasi produk masih belum terselesaikan.
“Keunggulan yang dimiliki Mesir tetap membuat negara ini menjadi hub yang potensial bagi negara-negara sekitarnya,” beber dia.
Dirinya mengakui banyak kendala yang dihadapi pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas seperti kelapa sawit. Namun, kondisi tersebut tidak terjadi di Mesir. Oleh karena itu, dirinya optimistis volume ekspor RI ke negeri seribu menara ini akan terus meningkat.
“Mesir sudah menjadi pasar utama untuk tujuan ekspor kelapa sawit kita. Dan kami akan terus membuat terobosan pasar untuk komoditas lainnya,” urai dia.
Dalam catatan KBRI Kairo, pada tahun 2017, Indonesia berada pada peringkat pertama sebagai pemasok utama minyak sawit ke Mesir dengan mendominasi pangsa pasar sebesar 89,97%. Pada posisi kedua diraih oleh Malaysia dengan dominasi pasar sebesar 8,99% dan pada posisi ketiga diraih oleh Korea Selatan dengan pangsa pasar sebesar 0,85%.
Lebih lanjut, Helmy menambahkan hubungan personal dengan pengusaha di Mesir akan terus dijaga dan ditingkatkan. Sebab, lanjut dia, pendekatan terhadap buyer secara personal menjadi kunci dalam peningkatan volume perdagangan.
“Kita tidak boleh under estimate dengan pengusaha lokal di Mesir. Sekalipun penampilan mereka sederhana tapi kenyataannya mereka sanggup membeli produk komoditas kita secara tunai,” tandas Helmy.
Selain sejumlah pejabat KBRI Kairo, turut hadir dalam acara perpisahan ini adalah tim dari Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang dipimpin Eka Isdiana Vitawati.
Data yang dilansir Badan Pusat urusan Statistik dan Mobilisasi Publik Mesir (Central Agency for Public Mobilization and Statistics/CAPMAS) menunjukkan total volume perdagangan RI-Mesir pada periode Februari 2018 mencapai US$ 203.536.354. Jumlah ini naik sebesar 169,65% dibanding periode yang sama tahun 2017 yang tercatat sebesar US$ 75.481.999. Jumlah ekspor Indonesia ke Mesir juga menunjukkan tren positif.
Pada periode Februari 2018, angka ekspor RI ke Mesir mencapai US$ 185.293.767 atau naik sebesar 197,38% dibanding periode yang sama tahun 2017 sebesar US$ 62.309.795. Sementara itu, impor Indonesia dari Mesir pada periode Februari 2018 berada pada kisaran US$ 18.242.587 atau naik 38,49% dari tahun 2017 yang mencapai US$ 13.172.204.
Sejumlah komoditas yang mengalami tren kenaikan volume ekspor hingga Februari 2018 antara lain kelapa sawit sebesar US$ 110,36 juta (naik 3,73%), kopi sebesar US$ 8,55 juta (naik 46,01%), karet sebesar US$ 6,35 juta (naik 42,53%) dan kopra sebesar US$ 2,58 juta (naik 1358,19%). 2,58 juta (naik 1358,19%).
sumber: detik.com