Hilirisasi Sawit dan Mineral Dinilai Kunci Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

hilirisasi-sawit

Sawit Notif – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menegaskan pemerintah terus memprioritaskan hilirisasi sumber daya alam (SDA) sebagai fondasi utama transformasi ekonomi nasional. Kebijakan ini dinilai menjadi kunci bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan bertransformasi menuju negara industri yang mandiri dan berdaya saing.

Dilansir dari antaranews.com, Rosan menyampaikan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis sebagai pemimpin global dalam sejumlah komoditas utama, seperti nikel dan kelapa sawit, serta komoditas lain termasuk timah dan bauksit. Keunggulan tersebut menempatkan Indonesia pada posisi penting dalam peta transisi energi global. Menurutnya, penguatan sektor hulu hingga hilir komoditas strategis harus berjalan seiring dengan peningkatan produktivitas dan kualitas pengelolaan sumber daya.

Pernyataan tersebut disampaikan Rosan dalam berbagai kesempatan terkait penguatan kebijakan hilirisasi, termasuk saat memberikan pandangan atas buku Indonesia Naik Kelas karya Wakil Direktur Utama MIND ID, Dany Amrul Ichdan. Buku itu dinilai memberikan gambaran peta jalan strategis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan hingga 8 persen, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Ia menambahkan, Indonesia saat ini tercatat sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Di tengah tekanan dan ketidakpastian global, perekonomian nasional tetap mampu tumbuh di kisaran 5 persen, yang mencerminkan arah kebijakan ekonomi berada pada jalur yang tepat dan terukur.

Rosan menjelaskan, salah satu faktor utama penopang kinerja ekonomi tersebut adalah kebijakan hilirisasi komoditas strategis. Hilirisasi kini tidak lagi dipandang sebagai program sektoral semata, melainkan telah menjadi strategi kedaulatan ekonomi untuk memperkuat rantai nilai, menciptakan nilai tambah di dalam negeri, serta menata ulang struktur ekonomi nasional, termasuk di sektor perkebunan kelapa sawit.

Dalam konteks industri sawit, hilirisasi juga berkaitan erat dengan upaya peningkatan produktivitas kebun melalui perawatan sawit yang berkelanjutan. Tantangan seperti patah sawit akibat faktor cuaca ekstrem maupun serangan penyakit, termasuk ganoderma sawit, perlu ditangani secara serius agar pasokan bahan baku industri hilir tetap terjaga dan bernilai ekonomi tinggi.

Sepanjang Januari hingga September 2025, Rosan mencatat sektor hilir berhasil menarik investasi sebesar Rp431 triliun atau lebih dari 30 persen dari total realisasi investasi nasional, dengan pertumbuhan mencapai 58,1 persen secara tahunan. Capaian ini menunjukkan minat investor terhadap pengembangan industri pengolahan dalam negeri terus meningkat.

Rosan, yang juga menjabat sebagai CEO Danantara Indonesia, menyampaikan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan membutuhkan dukungan investasi sekitar 815 miliar dolar AS. Menurutnya, target tersebut hanya dapat dicapai melalui transformasi struktural yang mendalam dan tidak semata-mata bertumpu pada konsumsi domestik.

Oleh karena itu, pemerintah berfokus menarik investasi berkualitas yang mampu meningkatkan produktivitas, mendorong alih teknologi, serta memperkuat rantai nilai nasional. Selain itu, reformasi fiskal dan perpajakan juga terus didorong untuk meningkatkan daya saing, termasuk menjadikan kebijakan pajak sebagai instrumen insentif guna mendorong inovasi industri dan percepatan transisi hijau di berbagai sektor ekonomi. (SD)(DK)(AD)