Sawit Notif – Ada petani kelapa sawit di Kalbar yang mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), namun setelah mulai memetik hasil, justru hasil Tandan Buah Segar (TBS) Sawit yang dihasilkan tak bisa diserap oleh pabrik kelapa sawit.
Mengutip Infosawit.com, Petani sawit di Desa Amboyo Utara, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Sugianto mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena harganya jatuh maka terpaksa menjual biah sawitnya ke tengkulak.
Sedangkan, menurutnya, program PSR sangat baik bagi petani yang lahan sawitnya sudah tidak produktif lagi. Program ini membantu petani mengganti kebun lama dengan yang baru dan memberikan hasil yang lebih menjanjikan.
Walaupun begitu, petani memerlukan kepastian pembelian buah oleh PKS dengan harga layak sesuai dengan ketetapan pemerintah.
Padahal, dari segi produksi, dia menilai hasil buahnya cukup tinggi. Kualitas juga cukup baik. Setelah panen, rata-rata petani dalam kelompoknya dapat menghasilkan antara 1 hingga 2,5 ton per kapling atau kurang lebih dua hektare per bulan. Jumlah ini menurutnya cukup baik untuk pohon yang baru mulai berbuah.
Namun, petani terpaksa menjual buahnya ke tengkulak. Sebabnya, harga yang diterima petani sangat rendah. “Harga di tengkulak untuk yang kualitasnya bagus antara Rp1300-1500 pr kg. Tapi ada juga buah kami yang dianggap jelek dibeli cuma harga Rp900 per kg,” ucap Sugianto.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalbar, Indra Rastandi membenarkan kondisi yang dihadapi oleh para petani tersebut. Menurut dia, kelompok tani atau koperasi yang sudah menanam di kebun PSR sudah merasakan panen tapi kendala yang dihadapi saat ini adalah PKS pengolahan TBS tidak menerima.
Sumber: Infosawit.com