Sawit Notif – Kelapa sawit terus menjadi komoditas unggulan Indonesia, tidak hanya sebagai penyumbang devisa, tetapi juga sebagai sumber lapangan kerja yang luas. Untuk menjaga keberlanjutan perkebunan sawit rakyat, pemerintah menjalankan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), yang bertujuan meningkatkan produktivitas lahan tanpa memperluas area tanam. Melalui BPDPKS, pemerintah memberikan bantuan hibah sebesar Rp30 juta per hektare untuk kegiatan PSR.
Dilansir dari bpdp.or.id, berdasarkan data Kementerian Pertanian (2022), potensi PSR mencakup area seluas 2,8 juta hektare yang terdiri atas lahan plasma dan swadaya. PSR dilakukan dengan berbagai teknik, salah satunya adalah metode tumbang serempak sesuai Permentan No. 18/2016. Menariknya, batang pohon sawit tua hasil tumbangan tidak hanya menjadi limbah, melainkan bisa dimanfaatkan sebagai sumber nira untuk produksi gula cair.
Menurut penelitian Dr. Siti Nurdjanah (2024) yang dipresentasikan dalam 8th Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI), satu batang sawit tua dapat menghasilkan hingga 100 liter nira melalui pengepresan. Dengan sekitar 100 batang per hektare, potensi nira mencapai 10.000 liter per hektare. Jika mengacu pada luas lahan sawit yang diremajakan (sekitar 3,33% dari 16,38 juta hektare), maka tersedia potensi hingga 5 miliar liter nira per tahun.
Nira sawit mengandung total gula hingga 17,6%, menjadikannya bahan baku yang ideal untuk produksi gula cair alami. Ini berpeluang besar sebagai alternatif untuk mengurangi defisit gula nasional. Pada 2022, konsumsi gula nasional tercatat 6,48 juta ton, sementara produksi hanya 2,35 juta ton. Bagi petani, ini menjadi potensi sumber penghasilan tambahan selama masa replanting.
Proses produksi gula cair dilakukan melalui dua metode utama:
- Metode I, menyadap nira langsung dari bagian umbut batang yang ditebang.
- Metode II, mencacah batang menjadi partikel kecil dan memerasnya menggunakan screw press setelah disimpan selama 4 jam pada suhu dan kelembaban tertentu.
Nira hasil ekstraksi kemudian disaring dan diuapkan hingga mencapai konsentrasi ≥70°Brix. Proses ini menghasilkan rendemen gula cair sebesar 24%, dengan waktu pemanasan sekitar 135 menit.
Gula cair kelapa sawit yang dihasilkan memiliki profil nutrisi dan kesehatan yang menarik:
- pH: 5,5
- Total gula reduksi: 87,82 g/100 g
- Total senyawa fenolik: 872,7 mg/100 g
- Aktivitas antioksidan: DPPH 80,39%, ABTS 89,30%
- Kadar glukosa, fruktosa, sukrosa: 21,31%; 12,57%; 8,66%
- Indeks glikemik: 49,6 (tergolong rendah)
Cairan ini juga tidak mengandung logam berat maupun hidroksimetilfurfural (HMF), memiliki warna coklat bening, rasa manis alami tanpa aftertaste pahit, serta tingkat penerimaan tinggi oleh panelis uji rasa. Nilai kalori tercatat sebesar 232,86 kkal/100 g, dan diperkirakan memiliki masa simpan hingga dua tahun.
Kandungan gizinya pun cukup menonjol untuk produk alami:
- Energi total: 232,86 kkal
- Protein: 8,65 g
- Karbohidrat total: 49,52 g
- Gula total: 49,52 g
- Lemak total dan garam (natrium): Hampir nol
Berdasarkan analisis finansial menggunakan metode NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period, usaha produksi gula cair dari batang sawit hasil replanting dinyatakan layak dan menguntungkan.
Dengan nilai gizi yang baik, indeks glikemik rendah, serta kandungan kalori yang lebih ringan dibandingkan gula rafinasi, gula cair kelapa sawit menjadi alternatif sehat bagi penderita obesitas dan diabetes, sekaligus menjadi solusi inovatif untuk mendukung swasembada gula nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit. (DK)(AD)(SD)(NR)