Sawit Notif – Pemerintah Indonesia memasang target ambisius untuk mencapai produksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 100 juta ton pada tahun 2045. Namun, capaian tersebut dinilai masih jauh dari kenyataan. Hingga tahun 2024, produksi nasional baru berkisar 53 juta ton, atau sekitar separuh dari target yang dicanangkan.
Dilansir dari sawitindonesia.com, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menyebut target realistis dari pelaku industri justru berada di angka 92,44 juta ton. Menurutnya, pencapaian visi besar menuju Indonesia Emas 2045 harus dimulai dari pembenahan sektor hulu industri sawit yang menjadi fondasi utama.
“Hilirisasi tidak akan berhasil jika hulunya tidak diselesaikan. Menurut kami, yang harus diperbaiki adalah di hulunya dulu. Kalau hulunya bermasalah, hilirnya juga tidak akan berjalan baik,” ujar Eddy dalam diskusi bertajuk Peran Industri Sawit dalam Perekonomian Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045, Rabu (6/11/2025).
Eddy menjelaskan bahwa tren produksi sawit nasional sempat menunjukkan peningkatan pada periode 2001–2020, namun sejak 2021 hingga 2024 justru mengalami penurunan.
“Produksi kita pada periode 2001–2005 terus meningkat, bahkan pada 2016–2020 naik tajam. Namun sejak 2021–2024 justru cenderung turun. PR-nya sekarang adalah bagaimana meningkatkan produktivitas agar produksi bisa naik,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya program biodiesel dalam menopang stabilitas ekonomi di daerah sentra sawit. Menurut Eddy, tanpa kebijakan mandatori biodiesel, kondisi ekonomi di wilayah penghasil sawit akan jauh lebih terpuruk.
“Dengan adanya biodiesel, harga tandan buah segar (TBS) tetap cukup bagus. Sebelum ada program itu, harga TBS bahkan sempat di bawah biaya produksi. Petani sampai membiarkan buahnya busuk di pohon, pengusaha pun bekerja dalam keadaan rugi,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi dan pangan karena konsumsi domestik produk sawit terus meningkat seiring berjalannya program biodiesel.
Data GAPKI mencatat, hingga Agustus 2025, produksi sawit nasional naik 13,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor meningkat 15,3 persen, sementara konsumsi dalam negeri tumbuh 5,4 persen. Indonesia pun masih memegang posisi sebagai produsen sekaligus konsumen minyak sawit terbesar di dunia.
Namun, Eddy menilai kesadaran masyarakat terhadap besarnya konsumsi produk turunan sawit masih rendah.
“Kita tidak sadar kalau sebenarnya konsumsi produk sawit di dalam negeri sangat besar. Naturalisasi sawit di Indonesia ini salah satu yang paling berhasil. Padahal, tanaman ini asalnya dari Afrika, bahkan kini negara asalnya justru mengimpor dari kita,” tuturnya.
Meski ekspor dan konsumsi menunjukkan tren positif, GAPKI mencatat adanya penurunan produksi bulanan sekitar 1 persen pada Agustus dibanding Juli 2025. Ekspor pun ikut menurun, sementara konsumsi domestik terus meningkat. Kondisi ini, menurut Eddy, menjadi tanda bahwa tantangan utama industri sawit bukan sekadar memperluas hilirisasi, melainkan meningkatkan produktivitas kebun eksisting dan menyelesaikan persoalan mendasar di sektor hulu.
“Kita semua ingin berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045. Tapi untuk sampai ke target 92,44 juta ton CPO, apalagi 100 juta ton, jalannya masih panjang. Kita perlu kerja keras bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan petani,” pungkasnya. (AD)(DK)(SD)
Ringkasan data dalam bentuk tabel :
| Aspek | Keterangan / Data |
| Target Pemerintah (2045) | 100 juta ton CPO |
| Produksi Nasional (2024) | ±53 juta ton |
| Target Realistis versi GAPKI (2045) | 92,44 juta ton |
| Tren Produksi (2001–2020) | Terus meningkat, puncak pada periode 2016–2020 |
| Tren Produksi (2021–2024) | Cenderung menurun |
| Kenaikan Produksi (Agustus 2025 vs 2024) | +13,1% |
| Kenaikan Ekspor (Agustus 2025 vs 2024) | +15,3% |
| Kenaikan Konsumsi Domestik (Agustus 2025 vs 2024) | +5,4% |
| Perbandingan Produksi (Agustus vs Juli 2025) | Turun sekitar 1% |
| Faktor Pendukung Utama | Program biodiesel menjaga harga TBS tetap stabil |
| Masalah Utama Industri | Produktivitas kebun menurun, masalah di sektor hulu |
| Pesan GAPKI | Hilirisasi tidak akan berhasil tanpa pembenahan di hulu |
| Tujuan Akhir | Kontribusi industri sawit menuju “Indonesia Emas 2045” |

