BPDP Dorong Riset Komprehensif untuk Persiapan Implementasi B50

Implementasi-B50

Sawit Notif – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar pertemuan strategis di Ballroom Gedung Surachman Tjokrodisurjo untuk membahas hasil kajian implementasi B50 kebijakan pencampuran 50% biodiesel berbasis sawit ke dalam solar. Direktur Utama BPDP, Eddy Abdurrachman, memimpin forum lintas pemangku kepentingan yang melibatkan lembaga riset, kementerian, pelaku industri, dan perwakilan teknis guna merumuskan strategi energi sawit yang berkelanjutan.

Kajian kesiapan B50 dilakukan sejak 2024 oleh Kementerian ESDM dan Kementerian Pertanian, dengan fokus pada aspek teknis, pasokan, permintaan, ekonomi, dan fiskal. Hasil studi menunjukkan potensi produksi CPO nasional pada 2045 hanya sekitar 60 juta ton, di bawah target karena stagnasi produktivitas dan penyakit tanaman seperti Ganoderma. Sementara kebutuhan CPO untuk B50 diperkirakan mencapai 17,5–18 juta ton, yang dapat menekan ekspor sawit hingga 11,4% mulai 2026.

Dilansir dari bpdp.or.id, Isu krusial lain adalah tingginya ketergantungan impor metanol dan katalis, senilai Rp2,85 triliun, yang berpotensi mengurangi manfaat ekonomi B50. Untuk mengatasi ini, BPDP mendorong diversifikasi bahan baku biodiesel dari limbah industri sawit (POME, EFB Oil, SBE Oil) serta minyak goreng bekas. Potensi bahan baku alternatif ini disebut mencapai lebih dari 2 juta ton dan bebas dari isu EUDR, meski masih membutuhkan pengujian teknis dan regulasi tambahan.

Dari sisi performa, campuran B35D15 (35% biodiesel dan 15% diesel biohidrokarbon) dinilai paling stabil dibanding campuran B50 murni yang masih memerlukan peningkatan kualitas. Namun, keterbatasan pasokan HVO menjadi tantangan tersendiri. Studi fiskal juga mengungkap potensi defisit subsidi hingga Rp25 triliun jika tidak disesuaikan dengan dinamika harga CPO global.

Sebagai tindak lanjut, BPDP bersama kementerian terkait menyepakati perlunya pendekatan fleksibel dalam implementasi B50, termasuk penyesuaian blending ratio seperti model Brasil. Infrastruktur pendukung seperti kilang green refinery di Cilacap dan Dumai turut disorot. Pertemuan ini menjadi fondasi penyusunan kebijakan B50 nasional yang realistis, berbasis data, dan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan energi, ekspor, dan lingkungan.

Menanggapi hal ini, BPDP bersama sejumlah kementerian dan instansi pemerintah sepakat bahwa implementasi B50 harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih lentur. Artinya, rasio pencampuran biodiesel dapat disesuaikan dengan fluktuasi harga CPO di pasar global, serupa dengan kebijakan dinamis bioetanol di Brasil. Fleksibilitas ini juga mempertimbangkan kesiapan produksi dalam negeri, baik dari sisi fasilitas seperti Green Refinery milik Pertamina di Cilacap dan Dumai, maupun sistem distribusi, khususnya di wilayah dengan pasokan CPO yang terbatas.

Salah satu isu penting yang turut menjadi perhatian dalam implementasi B50 adalah tingginya ketergantungan Indonesia pada impor metanol yang digunakan dalam proses produksi biodiesel. Metanol berperan sebagai komponen utama ketika dicampur dengan basa oksida seperti NaOH atau KOH yang berfungsi sebagai katalis. Menurut data Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) tahun 2023, nilai impor katalis biodiesel mencapai US$190 juta atau sekitar Rp2,85 triliun, yang dikhawatirkan justru mengurangi potensi penghematan devisa dari program B50.

Sebagai langkah lanjutan, masing-masing pihak diminta untuk melengkapi kajian yang ada dengan aspek tambahan seperti struktur tarif, distribusi CPO antarwilayah, jaminan pasokan, serta dampak kebijakan terhadap fiskal dan lingkungan. BPDP juga merencanakan pertemuan susulan untuk mengevaluasi hasil akhir studi teknis dan ekonomi sebagai dasar rekomendasi kebijakan nasional.

Secara keseluruhan, forum ini menekankan pentingnya strategi implementasi B50 yang menyeluruh dan berbasis data. Sinergi antara peneliti, industri, regulator, dan lembaga pendanaan dipandang sebagai faktor penentu dalam memastikan transisi menuju energi hijau berjalan tidak hanya ambisius di atas kertas, tapi juga praktis dan berkelanjutan. (AD)(DK) (SD)(NR)

Untuk informasi lebih lengkap terkait cara meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit Anda, silahkan hubungi  0821-2000-6888  atau kunjungi website www.pkt-group.com