Sawit Notif – Dalam beberapa tahun mendatang Biofuel akan menjadi terobosan dalam bisnis rendah karbon. Rendah karbon berati pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) yang akan berdampak berkurangnya polusi udara.
Biofuel itu sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yakni bioetanol, biodiesel, dan biogas. Bioetanol adalah alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan, hingga limbah sayuran.
Untuk mengembangkan energi yang ramah lingkungan, PT Pertamina Indonesia akan membuatkan energi terbarukan dari biofuel. Kabar terbaru yaitu PT Pertamina (Persero) siap mendukung kebijakan swasembada energi Republik Indonesia dalam 4 – 5 tahun mendatang yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Presiden Prabowo memiliki 17 program priotias di bawah visi Asta Cita yang salah satunya adalah swasembada energi.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan dalam mendukung target swasembada energi, Pertamina terus berkomitmen menjaga ketahanan energi dengan mempertahankan dan meningkatkan bisnis eksisting, serta meningkatkan bisnis rendah karbon yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini, Pertamina tengah mengembangkan empat terobosan dalam bisnis rendah karbon, meliputi pengembangan biofuel, petrochemical, geothermal, dan carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS). Terobosan tersebut merupakan komitmen Perusahaan dalam menjalankan perannya untuk mendukung tercapainya target Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia tahun 2060 atau lebih cepat.
“Terobosan ini akan memperkuat swasembada energi, sekaligus memberikan dampak dalam penurunan emisi karbon, diversifikasi portofolio bisnis yang akan membuka peluang bisnis baru di masa depan,” ujar Fadjar.
Pertamina berhasil mengembangkan energi biofuel sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dengan campuran bahan nabati. Pertamina telah berhasil memproduksi dan memanfaatkan biodiesel B35. Selain B35, Pertamina juga mengembangan Pertamax Green dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) bahan bakar pesawat terbang dengan campuran bahan nabati.
“Biofuel yang telah dijalankan Pertamina berdampak pada pengurangan emisi, sehingga memiliki nilai tambah positif bagi masyarakat. Pada tahun 2023, penerapan B35 mampu menurunkan emisi CO2 hingga 32,7 juta ton,” jelasnya.
Selain mengembangkan proyek, Pertamina juga melibatkan masyarakat dalam memanfaatkan energi hijau yang berdampak pada swasembada energi melalui Program “Desa Energi Berdikari”. Hingga saat ini, jumlahnya telah mencapai 85 desa binaan di seluruh Indonesia.
Berbagai terobosan Pertamina dalam mencapai target swasembada energi dan dekarbonisasi berhasil menurunkan emisi di atas target. Realisasi reduksi emisi scope 1 & 2 Pertamina mencapai 124% dari target yang ditetapkan pada tahun 2023. Pertamina berhasil melakukan dekarbonisasi sebesar 1,13 juta ton C02e dari target 910 ribu ton C02e.
“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina optimistis bisa mendukung program pemerintah swasembada energi sekaligus mencapai NZE sesuai target nasional,” tandas Fadjar.
Sobat sawit notif berikut perkembangan berita tentang bioethanol. Next time kita akan bahan tentang biodiesel, dan biogas serta pengaruhnya bagi lingkungan.(DK)(AD)(SD).
Bagi perusahaan yang ingin memulai bisnis kelapa sawit atau memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai seputar perkebunan kelapa sawit, dapat mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.