Sawit Notif – Untuk mengatasi cuaca ekstrim akibat pemanasan global, pendiri Microsoft Bill Gates menunjuk Minyak Sawit Indonesia sebagai salah satu cara untuk mengatasinya.
Hal itu ia ungkapkan karena aktivitas di bumi tiap tahunnya menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca. Di sisi lain, efek gas rumah kaca itu juga berasal dari ketergantungan manusia pada lemak hewani.
Satu cara untuk mengurangi ketergantungan manusia pada lemak hewani, Bill Gates menunjuk minyak sawit Indonesia sebagai sumber lemak nabati yang dapat dioalah dan menjadi solusi yang lebih ramah lingkungan.
“Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Sebagian ditemukan pada makanan sehari-hari seperti kue, mie instan, krim kopi, makanan beku, hingga makeup, sabun badan, odol, deterjen, deodoran, makanan kucing, formula bayi, dan sebagainya. Bahkan, minyak sawit juga digunakan untuk biofuel dan mesin diesel,” tutur Bill Gates
Bill Gates menjelasakan bahwa masalah pada minyak sawit itu bukan soal penggunaannya, tetapi bagaimana proses menghasilkannya. Pendiri Microsoft itu memberikan contoh mayoritas jenis sawit asli di Afrika Barat dan Afrika Tengah tidak tumbuh di banyak wilayah. Pohon itu hanya tumbuh subur di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa.
“Pada tahun 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global,” Gates menjelaskan.
Tapi Gates mengakui bahwa peran minyak sawit Indonesia sulit untuk diganti. Hal itu suliut diganti karena komoditas sawit murah, tidak berbau, dan melimpah.
Menurut Bill Gates, minyak sawit juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama. Hal itulah yang membuat minyak sawit sangat serbaguna.
Jika lemak hewan adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik.(DK)(AD)(SD).