Uni Eropa gencar menyerang kelapa sawit dengan isu lingkungan terutama soal deforestasi alias penggundulan hutan. Salah satu konsultan yang disewa Komisi Uni Eropa, LMC International, yang berkedudukan di Inggris, telah meriset dan mengklaim menemukan bukti-bukti bahwa kelapa sawit penyebab deforestasi.
Adapun bukti-bukti yang dipaparkan hanya berasal dari makalah atau jurnal ilmiah sehingga belum bisa membuktikan secara nyata kelapa sawit penyebab deforestasi.
“Ini hasil studi pustaka dan makalah. Yang kami temukan bahwa budi daya sawit menyebabkan deforestasi dan berdampak pada gas rumah kaca. Kemudian ada temuan ekspansi sawit sampai ke tanah adat dan lokal, adanya penganiayaan tenaga kerja. Tetapi bukti-bukti masih kami review,” ujar Periset LMC International, James Fry, di Konferensi Kelapa Sawit Internasional ICOPE 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/4).
Dalam laporannya, 19% lahan hutan di Indonesia terbakar pada 2015 dan 16,6% titik api berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Yang disayangkan adalah, lahan terbakar tersebut kemudian ditanami sawit. Laporan lainnya menyebut 3,1 juta hektare lahan gambut di Indonesia dan Malaysia dikonversi menjadi sawit di 2015.
“Deforestasi problem terbesar yang dihadapi sawit,” sebutnya.
Sawit memang menjadi kontribusi terbesar bagi perekonomian Indonesia. Ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah petani dan pendapatan mereka dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Misalnya di tahun 2000, jumlah petani sawit hanya 233.352 orang dengan pendapatan sekitar Rp 696.753. Sedangkan di 2015 menjadi 907.080 orang petani dengan pendapatan Rp 1.934.409.
Dia menjelaskan isu kampanye negatif sawit berupa deforestasi ternyata membuat permintaan pasar berkurang. Dia mengklaim walaupun produk sawit sudah mengantongi sertifikat RSPO dan ISCC namun tidak serta merta mendongkrak permintaan.
“Intinya RSPO dan ISCC produknya banyak tetapi hanya setengah yang beli, jadi kurang antusias,” jelasnya.
Sumber: kumparan.com