Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai bisnis yang tinggi, khususnya di negara agraris seperti Indonesia. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis harus memahami standarisasi panen kelapa sawit untuk mendapatkan hasil yang melimpah.
Lantas, standar atau kriteria apa saja yang harus dipenuhi sebelum memanen kelapa sawit? Cari tahu jawabannya di sini!
Manajemen Panen Kelapa Sawit
Dalam dunia bisnis kelapa sawit, pekebun serta peneliti telah mempelajari proses pematangan dan sintesis minyak dalam buah dan tandan kelapa sawit terkait dengan praktik pemanenan. Pengetahuan ini telah membantu praktisi perkebunan dan pabrik dalam merancang skema manajemen dan operasi yang tepat untuk pemanenan dan penggilingan guna memaksimalkan hasil minyak sawit.
Cara paling praktis untuk menilai kematangan tandan buah kelapa sawit yang siap panen adalah jatuhnya brondolan di piringan. Selain itu, manajer lapangan umumnya akan menentukan standar kematangan minimum, yaitu kondisi tandan yang memungkinkan untuk dipanen berdasarkan jumlah brondolan per tandan.
Tandan buah biasanya bisa mulai dipanen 180 hari (6 bulan). Selain itu, tandan buah yang matang juga ditandai dengan warna orange kemerahan. Untuk mencapai kriteria ini, pemanenan akan dikelola oleh tim khusus yang mengunjungi blok sawit secara berkala. Kunjungan atau pemeriksaan tersebut juga harus memperhatikan interval panen yang baik yakni 7 atau 8 hari (4 x sebulan).
Kemudian, sebaiknya jumlah panen sawit segera diangkut untuk diolah di pabrik untuk mendapatkan rendemen CPO yang maksimal. Proses ini dimulai sebelum kualitas minyak sawit memburuk atau sebelum kualitasnya melebihi batas komersial yang ditentukan yakni untuk kandungan Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak bebas tidak lebih dari 5%.
Sasaran Panen Kelapa Sawit
Fokus utama manajemen pemanenan kelapa sawit memang berfokus pada praktik perkebunan kelapa sawit. Namun, adanya standarisasi panen kelapa sawit ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran yang baik kepada pabrik yang berminat mengetahui dan mendalami situasi di perkebunan.
Dengan demikian, baik itu pekebun maupun pabrik dapat memiliki pemahaman yang sama tentang faktor-faktor yang diperlukan untuk memaksimalkan hasil dan kualitas produk di produksi kelapa sawit. Tujuan lain dari adanya standarisasi kelapa sawit siap panen di antaranya sebagai berikut:
- Pekebun atau pabrik dapat memanen buah sawit pada tingkat kematangan yang maksimum, yakni pada saat tandan buah mengandung kernel (biji buah sawit) dan kadar minyak tertinggi.
- Panen kelapa sawit bisa dilakukan tepat waktu untuk dikirim ke pabrik sebelum 24 jam setelah panen.
- Pemotong dan pengumpulan semua tandan buah matang di perkebunan dapat dilakukan sesuai prosedur.
- Mampu memanen tandan buah segar tanpa merusak buah dan pohon sawit.
- Dapat memperoleh keuntungan maksimal dari tandan buah segar yang dipanen.
Standarisasi Panen Kelapa Sawit
Sebelum memanen buah kelapa sawit, ada beberapa kriteria atau standarisasi yang harus Anda perhatikan agar mendapatkan hasil buah yang berkualitas tinggi:
- Pemanenan minimal setiap 7-8 hari sekali (Interval sesuai dengan yang dikehendaki),
- Panen tandan pada waktu dan kematangan yang tepat dan dengan cara yang benar, tanpa menyebabkan kerusakan pada tandan dan kelapa sawit.
- Standar kematangan panen minimal 1 brondol lepas per tandan (sesuai kriteria matang panen yang dikehendaki).
- Potong tangkai mepet dengan panjang kurang dari 2 cm, membentuk V (V-Cut).
- Jumlah tandan buah segar yang dipanen dicatat dengan benar pada setiap periode panen.
Tenaga dan Peralatan Panen
Faktor lain yang perlu Anda perhatikan dalam memanen sawit adalah pekerja serta peralatan yang memadai. Berikut ini penjelasannya.
1. Pekerja
Agar proses memanen kelapa sawit lebih efisien, setidaknya Anda memerlukan beberapa pekerja untuk melaksanakan beberapa tugas berbeda. Penentuan jumlah pekerja juga bergantung pada luas areal perkebunan, jumlah buah yang akan dipanen, serta kapasitas pemanenan.
Apabila kekurangan pekerja, tentu dapat menyebabkan produksi jadi tidak optimal. Sedangkan kelebihan pekerja dapat menyebabkan biaya produksi meningkat. Setidaknya, harus ada tenaga pemanen yang berperan sebagai:
- Memotong dan mengumpulkan brondolan hasil panen.
- Menyusun pelepah di gawangan mati.
- Mengangkut dan menyusun buah ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
- Tidak dibenarkan memotong buah mentah.
2. Alat Panen
Pelaksanaan panen kelapa sawit yang baik juga ditentukan oleh peralatan yang memadai dan sesuai standar. Berikut ini penjelasan tentang jenis alat, spesifikasi, dan fungsinya:
Nama Alat | Spesifikasi | Fungsi |
Dodos | Panjang 18 cm, lebar tengah 7 cm, lebar mata 14 cm. | Memotong tanaman berusia 5–8 tahun |
Egrek | Panjang pisau 45 cm, panjang pangkal 20 cm, sudut lengkung 135 derajat. | Memotong buah berusia lebih dari 9 tahun |
Angkong | – | Mengangkut buah ke TPH |
Gancu | Terbuat dari besi beton yang ujungnya runcing | Menaikkan tandan ke angkong |
Kapak | – | Memotong tangkai buah |
Karung | – | Sebagai wadah untuk mengumpulkan brondolan |
Tojok | Terbuat dari besi berbentuk pipa yang ujungnya runcing dan punya pegangan | Mengangkat tandan ke truk |
Langkah-Langkah Pemanenan
Pemanenan harus Anda lakukan sesuai dengan pedoman berikut, dan menggunakan alat yang tepat:
1. Identifikasi Tandan (TBS) Matang Siap Panen
Ciri-ciri sawit siap panen adalah adanya perubahan warna pada kulitnya, yakni jadi merah jingga. Kandungan minyaknya juga akan mencapai level maksimal sehingga buah tersebut akan jatuh atau membrondol.
2. Memotong Pelepah yang Menyangga
Panen tandan kelapa sawit dengan terlebih dahulu memotong pelepah sesuai dengan aturan praktis berikut:
- Untuk kelapa sawit yang berusia lebih dari enam tahun setelah tanam, potong pelepah dibawah tandan sehingga tandan bisa terlihat dan mempermudah proses pemanenan.
- Sedangkan untuk kelapa sawit kurang dari enam tahun setelah tanam, jangan memotong pelepah tetapi ‘mencuri’ tandan dengan dodos ukuran kecil.
3. Potong Tangkai Tandan
Selanjutnya, potong tangkai tandan (TBS) agar jatuh ke tanah untuk kemudian dibawa ke pasar pikul dan brondolan di piringan jangan lupa dikumpulkan. Lalu, pemanen menyusun pelepah di gawangan mati (gawangan yang berfungsi sebagai areal tumpukan). Jika sudah, lanjut ke pohon berikutnya.
4. Pengumpulan ke TPH
Idealnya, setiap satu TPH mewakili 3 pasar pikul, dan pemanen mengangkut buah dengan angkong lalu menyusun tandan setiap 10 (kecil) atau 5 (besar) tandan. Jangan lupa untuk menulis nomor pemanen pada tangkai tandan.
5. Pemeriksaan Hasil Panen
Pada tahap ini, petani atau pengurus kelompok bekerja sama dengan koperasi untuk memeriksa hasil panen kelapa sawit di lapangan. Pemeriksaan ini dilakukan pada tandan matang yang tidak dipanen, tandan panen tidak dikeluarkan ke TPH, brondolan tertinggal, buah sudah terpotong tertinggal di piringan dan pasar pikul, serta pemotongan dan tumpukan pelepah.
Jika langkah-langkah pemanenan ini Anda lakukan, maka akan berpengaruh juga pada hasil dan keuntungan panen secara keseluruhan.
Sudah Tahu Bagaimana Standarisasi Panen Kelapa Sawit?
Itulah standarisasi atau kriteria panen sawit yang harus Anda tahu agar hasil produksi memiliki kualitas yang tinggi. Dengan begitu, perolehan keuntungan pun akan jadi lebih maksimal.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawit, Anda dapat mengunjungi website kami www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp kami 0821-2000-6888