Sawit Notif – Ekspor dan produksi minyak sawit Indonesia telah mengalami tren penurunan dalam beberapa waktu belakangan. Situasi ini dinilai merupakan imbas dari inkonsistensi kebijakan pemerintah.
Gabung Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga melaporkan dalam periode tahun 2020-2022 ekspor sawit justru menurun rata-rata sebesar 7,66 persen.
Mengutip Bisnis.com, Ketua Bidang Luar Negeri Gapki, Fadhil Hasan mengatakan penurunan tidak hanya terjadi pada ekspor minyak sawit, tetapi juga produksi minyak sawit. Hasan mengatakan produksi dalam tiga tahun terakhir juga menunjukkan tren penurunan, demikian juga dengan ekspor. Menurutnya, kebijakan pemerintah telah memberikan andil dalam penurunan tersebut.
Kemudian, Hasan juga mengatakan permintaan minyak sawit Indonesia periode 2005-2015 stabil sekitar 11 persen. Kemudian pada periode 2016-2020 turun menjadi 8 persen dan dua tahun ini yakni 2020-2022 justru tumbuh negatif -2,54 persen.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung juga meperkirakan produksi minyak sawit turun serentak sekitar bulan Februari sampai dengan Agustus 2023. Lantaran, dengan kenaikan harga pupuk saat ini, petani akan mengurangi pemupukan, dan akibatnya kesuburan berkurang.
Maka itu, Gulat mengungkapkan bahwa menurunnya secara nasional produksi CPO Indonesia dapat memicu kenaikan harga CPO dunia, yang disebabkan oleh ketersediaan CPO berkurang dari Indonesia, apalagi ditengah krisis energi yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2022.
Sumber: Bisnis.com