Industri Kelapa Sawit Bisa Pertahankan 16,2 Juta Tenaga Kerja Selama Pandemi

Industri Sawit Bisa Pertahankan 16,2 Juta Tenaga Kerja Selama Pandemi

Budidaya kelapa sawit memegang peranan penting untuk ekonomi Indonesia. Berdasarkan data tahun 2019, Indonesia sudah mampu mengekspor 36,18 juta ton minyak sawit. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan sebesar 4,2% setiap tahunnya. Selain menyumbang devisa, industri budidaya kelapa sawit juga mendorong peningkatan tenaga kerja di Indonesia. Secara tak langsung, hal ini juga turut meningkatkan pembangunan pedesaan dan mengurangi angka kemiskinan.

Potensi budidaya kelapa sawit juga tak bisa dikalahkan oleh pandemi. Seperti yang kita tahu, pandemi Covid-19 telah membuat banyak industri tumbang sehingga jutaan orang harus kehilangan pekerjaanya. Di tahun 2020, tepat saat awal pandemi menyerang, produksi sawit di Indonesia memang sempat terganggu. Hal ini terjadi karena kebijakan lockdown yang menghambat ekspor dan penurunan daya beli sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor.

Uniknya, kondisi tersebut justru membuat kinerja sawit Indonesia semakin meroket. Bahkan, industri kelapa sawit Indonesia masih memberi dampak positif pada perekonomian masyarakat dan negara. Kontribusi ekspor nasional dari industri kelapa sawit juga masih berada di kisaran angka 15,6% pada tahun 2020. Angka tersebut berhasil membuat industri sawit menjadi penyumbang devisa yang terus meningkat di tengah pandemi.

Melansir laman Kompas.com, industri sawit Indonesia berhasil mempertahankan 16,2 juta tenaga kerja selama pandemi yang tak kunjung usai ini . Hal ini membuktikan bahwa industri sawit tak hanya memberikan devisa yang signifikan tetapi juga meningkatkan jumlah lapangan kerja. 

Potensi Kelapa Sawit di Indonesia saat Pandemi

Di awal bulan Maret 2020, permintaan minyak sawit Indonesia dari China dan India berkurang. Padahal, dua negara tersebut merupakan tujuan ekspor minyak sawit terbesar Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara Uni Eropa, dimana permintaan minyak sawit Indonesia menurun hingga 30% . Di Amerika, permintaan minyak sawit Indonesia pun menurun hingga 64%. Satu-satunya kenaikan hanya terjadi di Bangladesh yang mencapai 53% atau 40.000 ton.

Meski permintaan minyak sawit Indonesia menurun di beberapa negara, produksi minyak sawit Indonesia terus meningkat, bahkan mencapai 47,1 juta ton  untuk minyak sawit mentah dan 4,6 juta ton untuk minyak sawit inti. Peningkatan produksi minyak sawit tersebut dipercaya tidak akan memicu oversupply yang menurunkan harga produk karena adanya program wajib biodiesel dan membuat pemanfaatan minyak sawit tetap berjalan efektif. Apalagi,  Indonesia telah menjadi negara penghasil biofuel terbesar di dunia.

Tenaga Kerja Industri Kelapa Sawit

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran di Indonesia mencapai 9,77 juta orang pada bulan Agustus 2020. Akan tetapi, jangka tersebut turun sebanyak 670.000 orang di bulan Agustus 2021. Ada kemungkinan besar jumlah pengangguran di Indonesia semakin menurun melihat peluang usaha di Indonesia yang semakin terbuka lebar, khususnya peluang usaha dalam industri Kelapa Sawit.

Tingginya produksi minyak sawit di Indonesia juga berpotensi besar dalam meningkatkan tenaga kerja industri kelapa sawit. Hal ini juga membuat budidaya kelapa sawit menjadi industri padat karya. Berdasarkan data Kementerian Petanian (2019) jumlah petani yang terlibat dalam budidaya kelapa sawit mencapai 2.673.810 orang dan jumlah tenaga kerja di perkebunan mencapai 4.425.647 pekerja. Banyaknya tenaga kerja industri kelapa sawit ini tentu perlu mendapat perhatian lebih dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) agar hubungan industrial terjaga dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh GAPKI, yaitu:

  1. Meningkatkan pemahaman akan hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha di dalam hubungan kerja.
  2. Meningkatkan komunikasi antara pekerja, pengusaha, dan dinas ketenagakerjaan 
  3. Meningkatkan peran dan fungsi LKS Bipartit di perusahaan agar hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha terlindungi dan memiliki kepastian hukum.
  4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor perkebunan.
  5. Memfasilitasi serta melayani pekerja dan pengusaha melalui dinas ketenagakerjaan.
  6. Meningkatkan kualitas syarat kerja, kesehatan, dan keselamatan kerja.
  7. Meningkatkan program jaminan sosial ketenagakerjaan dan jaminan sosial kesehatan.

Selain langkah di atas, GAPKI juga perlu meningkatkan perbaikan kerja layak di perkebunan kelapa sawit dengan menggandeng beberapa pihak seperti  ILO, CNV Internationaal, dan Federasi Serikat Pekerja Hukatan, dan sejenisnya. Kerjasama tersebut diperlukan untuk meningkatkan Jaringan Serikat Pekerja dan Serikat Buruh Sawit Indonesia untuk meningkatkan potensi sawit di Indonesia. Pihak GAPKI juga perlu aktif mengadakan pelatihan, workshop, seminar, dan sebagainya untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja industri kelapa sawit.

Meningkatkan Industri Kelapa Sawit di Indonesia

Karena perannya yang besar dalam perekonomian Indonesia, Industri kelapa sawit juga perlu ditingkatkan seoptimal mungkin. Data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) 2021 juga menyatakan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia memiliki ekonomi  mencapai Rp 750 triliun.

Pihak Kemenperin juga mulai berfokus pada hilirisasi industri berbasis sawit di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku, mendalami struktur manufaktur, dan meningkatkan nilai investasi dalam negeri,

Hilirisasi industri kelapa sawit di Indonesia ini sangat potensial mengingat jumlah penduduk di Indonesia berada di atas 270 juta jiwa. Apalagi, tingkat supply and demand minyak sawit asal Indonesia sangat unggul di dunia.

Di tahun 2016 hingga 2020, rasio volume ekspor bahan baku sawit Indonesia mencapai 20% dan produk olahan sawit Indonesia mencapai 80%. Sedangkan di tahun 2021, volume ekspor meningkat menjadi 9,27% dan produk olahan sawit Indonesia meningkat hingga 90,37%.

Rasio tersebut merupakan indikator penting dalam keberhasilan hilirisasi produk sawit Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 160 jenis produk hilir olahan sawit antara lain oleokimia, biodiesel, fitofarmaka, dan keperluan pangan.

Data Kemenperin 2021 juga menyebutkan bahwa proyeksi nilai ekonomi kelapa sawit dari hulu ke hilir ini diproyeksi mencapai Rp 750 triliun. Bahkan di masa pandemic, produk oleokimia Indonesia diminati masyarakat global untuk bahan sanitasi. Bahkan, volume ekspor oleokimia selama lima bulan pertama di tahun 2021 mencapai 1,64 juta ton.

Kemenperin turut mengambil langkah dalam menjadikan produk hilir sawit Indonesia agar berpredikat ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip Indonesian Sustainable Palm Oil) (ISPO). Penegakan prinsip ISPO bertujuan untuk menciptakan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan begitu, akses pasar impor untuk produk sawit di Indonesia akan terus meningkat tanpa mengganggu kelestarian lingkungan.

Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa industri kelapa sawit di Indonesia memiliki peranan yang penting. Tak hanya memberikan sumbangan besar bagi devisa negara, industri kelapa sawit di Indonesia juga mampu mengatasi ketimpangan sosial dan mengurangi angka kemiskinan. Peran industri kelapa sawit dalam perekonomian nasional sangat besar. Karena itu, perlu perhatian besar dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak dalam menjaga kelangsungan industri kelapa sawit di Indonesia.