Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa menyambut positif perluasan kerja sama dengan Indonesia, meskipun pertentangan soal minyak kelapa sawit antara keduanya belum menemukan titik temu.
Perwakilan Tinggi Uni Eropa (HRVP) untuk Masalah Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell Fontelles menyadari komoditas minyak sawit telah membahayakan hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa.
“Saya tahu kita punya beberapa masalah spesifik seperti minyak sawit, tetapi hubungan kita harus lebih diperluas lagi,” katanya saat menemui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta pada Rabu (2/6/2021).
Bagi Borrell, Indo Pasifik telah menjadi pusat gravitasi dunia, bukan lagi Eropa. Untuk itu, Asean termasuk Indonesia merupakan mitra penting bagi UE.
Seperti diketahui, Indonesia telah mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II oleh Uni Eropa yang mendiskriminasi kelapa sawit karena dianggap berisiko tinggi dan menyebabkan deforestasi.
Namun, UE tengah mengkaji ulang kebijakan yang telah menghalangi akses pasar minyak bagi Indonesia tersebut dan bakal mengumumkan hasilnya pada Juni.
Dalam kesempatan yang sama, Menlu Retno menegaskan bahwa kerja sama ekonomi dan perdagangan yang adil, tidak diskriminatif dan terbuka akan membantu percepatan pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19.
Dia menyampaikan keseriusan Pemerintah Indonesia menghasilkan kelapa sawit secara berkelanjutan dan terus memperkuat kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO).
“Saya dan HRVP Borrell mendiskusikan kembali isu kelapa sawit Indonesia. Permintaan Indonesia sederhana, agar kelapa sawit Indonesia diperlakukan secara fair,” katanya saat menerima kunjungan Perwakilan Tinggi Uni Eropa (HRVP) untuk Masalah Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell Fontelles di Jakarta pada Rabu (2/6/2021).
Retno juga menyambut positif kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, mengingat Uni Eropa mencatatkan perdagangan dengan Indonesia senilai US$25,5 miliar pada 2020 dan menjadi investor terbesar keenam dengan nilai US$1,9 miliar dalam hampir 7.000 proyek.
Selain itu, Indonesia juga berkomitmen dalam mengurangi emisi dan pembangunan hijau yang berkelanjutan merupakan prioritas Indonesia.
Retno mendukung pelaksanaan Konferensi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia dan berharap agar pembicaraan juga memberikan ruang bagi pembangunan berkelanjutan di negara berkembang.
Sejumlah proyek ekonomi hijau potensial yang ditawarkan oleh Indonesia di antaranya adalah pembentukan Innovative Financing For Green Infrastructure, pengembangan biofuel dan kendaraan listrik, pembiayaan proyek-proyek infrastruktur berbasis lingkungan, serta pengembangan pengolahan bijih nikel baterai lithium.
Dalam kunjungan perdananya ke Indonesia sejak dilantik pada 2019, Borrell berdiskusi mengenai berbagai topik dengan Menlu Retno di antaranya adalah kerja sama bilateral, Indo Pasifik, dan sejumlah isu global dan kawasan. Selain dengan Menlu Retno, Perwakilan Tinggi Borrell juga dijadwalkan melakukan kunjungan Kehormatan kepada Presiden Joko Widodo, dan bertemu dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid.
sumber : kabar24.bisnis.com