Wacana pengimplementasian program biodiesel 50 persen dinilai sebagai momentum untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Hal itu menjadi satu di antara pembahasan yang muncul di Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Indonesia Menuju B-50 Kelapa Sawit” yang digelar Himpunan Pengusaha Kosgoro 1957 DKI di Jakarta, Sabtu (14/9/2019).
FGD membahas seputar wacana program biodiesel 50 persen yang akan diimplementasi pemerintah.
Pada kesempatan itu, Ketua Himpunan Pengusaha Kosgoro DKI, Syafi Djohan mengatakan, saat ini, hampir semua negara memiliki ketergantungan kepada bahan bakar fosil (fossil fuel).
“Kita semua ketahui fossil fuel non-renewable dan tak ramah lingkungan. Ini adalah momen yang tepat untuk Indonesia menjadi negara yang energy independent melalui sawit. Kita harus mengurangi ketergantungan kita terhadap Impor BBM. Saya tidak melihat kenapa kita tidak bisa menjadi energy exportir dan bukan energy importir, karena kita telah dikaruniai dengan produk yang renewable dan sangat efisien, yaitu sawit,” katanya.
Syafi Djohan berharap pemerintah bisa melindungi industri andalan ini dan juga mengambil langkah-langkah konkret untuk terus memajukan industri ini.
Dia juga menambahkan, menurut data pemerintah, ada sekitar 20 juta manusia yang hidupnya bergantung kepada industri sawit.
“Kami melihat adanya tantangan dari negara-negara barat yang diskriminatif menyikapi produk unggulan Indonesia,” katanya.
“Dengan menerapkan program B-50, Indonesia bisa menghemat 15 miliar USD. Maka akan berdampak sangat signifikan terhadap Current Account Deficit (CAD) Indonesia yang saat ini berada di posisi 25 miliar USD. Jangan sampai Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, tetapi kuman di seberang lautan terlihat. Yang juga berarti, kita jangan hanya mencari investasi dari luar, tapi juga dari dalam negeri dan Indonesia harus investasi kepada masa depan sawit,” ujar Syafi Djohan.
Seminar tersebut juga dihadiri Ketua Umum PPK Kosgoro 1957, Agung Laksono, Ketua PDK Kosgoro 1957 Haji Slamet Riyadi, Ketua Harian APROBI, Paulus Tjakrawan, Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono, dan Rektor IBI Kosgoro 1957 Haswan Yunaz.
sumber: tribunnews.com