Sawit Notif – Sektor maritim Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan program biodiesel berkonsentrasi tinggi, meskipun produksi biodiesel dari kelapa sawit terus meningkat dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia.
Dilansir dari bpdp.or.id, Sebagai bagian dari upaya mencapai net zero emission (NZE) pada 2060, pemerintah mengandalkan lima strategi utama: peningkatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan penggunaan energi fosil, elektrifikasi transportasi, pemanfaatan listrik di sektor rumah tangga dan industri, serta penerapan carbon capture and storage (CCS). Salah satu langkah konkret adalah program biodiesel, yang dimulai sejak 2006 melalui Peraturan Pemerintah No. 32 tentang penggunaan bahan bakar nabati.
Seiring waktu, Indonesia mengembangkan campuran biodiesel mulai dari B2,5, B20, hingga B30 secara nasional pada 2020. Pada 2023, penggunaan B35 mulai diterapkan di sektor transportasi darat, laut, dan bahkan TNI Angkatan Laut (AL). Namun, implementasi di sektor maritim menghadapi kendala teknis yang signifikan.
Kapal, khususnya Kapal Republik Indonesia (KRI), memiliki spesifikasi mesin yang lebih sensitif dibanding kendaraan darat. Masalah seperti penyumbatan filter (filter blocking), endapan pada injektor, dan frekuensi perawatan mesin yang tinggi menjadi tantangan utama. Selain itu, penyimpanan biodiesel dalam jumlah besar dan dalam waktu lama di kapal meningkatkan risiko degradasi kualitas bahan bakar akibat air dan kontaminan biologis seperti jamur dan bakteri.
Menanggapi hal tersebut, tim peneliti yang terdiri dari Ahmad Syihan Auzani dan rekan-rekan melakukan studi pada 2024 berjudul Pemanfaatan Biodiesel Konsentrasi Tinggi pada Sektor Maritim, yang didanai oleh BPDPKS dan dipresentasikan dalam ajang 8th Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI). Penelitian ini mencakup pemetaan kualitas bahan bakar, desain sistem fuel conditioning, filter washable, dan filter keramik, serta penyusunan SOP untuk penggunaan biodiesel di kapal.
Hasilnya menunjukkan pentingnya inovasi dalam sistem pemisahan kontaminan dan pengondisian bahan bakar di tangki kapal, serta perlunya optimalisasi sistem filtrasi yang dapat diterapkan di kapal perang maupun komersial. Dengan solusi teknis yang tepat, risiko kerusakan mesin dan gangguan operasional dapat ditekan, sekaligus mendukung transisi energi sektor maritim menuju keberlanjutan. (DK)(AD)