Malaysia Apresiasi Indonesia yang Akan Terapkan B40

Indonesia-B40

Sawit Notif – Pemerintah Malaysia mengapresiasi langkah Indonesia yang akan menerapkan campuran biodiesel 40 persen (B40) pada Januari 2025. Dilansir dari sawitindonesia.com program yang dirancang oleh Indonesia dengan memanfaatkan campuran biodiesel berbasis kelapa sawit, diakui sebagai kontribusi konkret Indonesia dalam mengurangi emisi karbon global dan mendukung transisi energi hijau.

Hal ini disampaikan oleh YB Datuk Seri Johari Abdul Ghani, Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia. Datuk Seri Johari Abdul Ghani menyoroti tantangan regulasi global yang dihadapi industri sawit akibat proteksionisme dan hambatan perdagangan.

Datuk Seri Johari Abdul Ghani menyerukan rencana strategis untuk memastikan akses pasar yang adil dan inklusif bagi petani kecil, serta mendorong praktik berkelanjutan. Selain rencana strategis, Abdul Ghani juga memberikan apresiasi tinggi terhadap program B40 Indonesia.

“Menghadapi proteksionisme pasar dan hambatan perdagangan, Indonesia, Malaysia, dan Honduras harus memperkuat kemitraan untuk membuka akses pasar yang lebih adil dan inklusif bagi petani kecil serta memastikan keberlanjutan industri sawit,” jelas Abdul Ghani.

“Kami apresiasi program B40 Indonesia, yang telah berhasil mengurangi emisi karbon hingga 32 juta ton CO2,” ungkapnya dalam konferensi pers Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Ministerial Meeting ke-12 ini berlangsung di Jakarta, Jumat (29/11).

Dalam kesempatan ini, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan pertemuan tingkat menteri ini memperkuat kemitraan negara-negara penghasil minyak sawit terbesar. Menteri Airlangga juga menyatakan strategi kolaboratif antara Indonesia dengan Malaysia dan Honduras guna memperluas pasar sawit.

“Kerja sama yang lebih erat antara Indonesia, Malaysia, dan Honduras adalah langkah strategis untuk memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, memperluas pasar sawit, dan mendukung keberlanjutan industri sawit di tingkat global,” ujar Airlangga.

Dalam mendukung strategi kolaboratif tersebut, Pertemuan Tingkat Menteri CPOPC ke-12 ini sepakat melakukan ekspansi negara anggota dan negara pengamat.

“Kami menyambut Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Nigeria sebagai Negara Pengamat baru. Selain itu, Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini sedang dalam proses menjadi anggota penuh,” jelasnya.

Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan CPOPC guna mendukung prioritas nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri sawit.

“Melalui kolaborasi yang kuat antara negara anggota CPOPC, kami dapat menciptakan strategi bersama yang lebih solid untuk mendukung ketahanan pangan dan energi dunia, sekaligus memastikan sektor sawit terus berkontribusi pada pengurangan emisi karbon global,” ucapnya.

Indonesia, sebagai salah satu produsen utama minyak kelapa sawit di dunia, terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan energi global. Indonesia juga memainkan peran penting dalam sektor pangan dan energi dengan menghasilkan produk-produk yang mendukung keberlanjutan serta pengurangan jejak karbon.(DK)(SD)